Adam Pattisahusiwa

Adam Pattisahusiwa, Abdulah bin Thalib dan Hamid Koja merupakan tiga pemimpin Pasukan Pemuda Merah Putih di Pulau Buru yang turut menyebarluaskan Kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus mengobarkan semangat perjuangan masyarakat untuk menentang penjajah Belanda ….
Oleh: Octavian

 

Neomisteri – 4 April 1946, tepatnya lima bulan setelah 10 November 1945, dari kapal yang belakangan diketahui sebagai KM Sindoro tampak beberapa orang tengah mengamati keadaan Namlea dari atas geladak.

Keadaan yang belum menentu, membuat keberadaan KM Sindoro di Teluk Namlea, Pulau Buru, sangat menarik perhatian masyarakat. Di antaranya adalah salah seorang pemuda asli Pulau Buru yang bernama Abdulah bin Thalib (Ami Do. Ia langsung meminta anak buahnya Taleb bin Thalib dan dua lainnya, Hamis Saanun dan Yusuf Chan untuk mendatangi sekaligus mencari tahu tujuan KM Sindoro sandar dan mengamati keadaan di sana.

Tanpa banyak tanya, ketiga pemuda itu langsung mengayuh perahu kecil menuju ke kapal. Setelah semakin dekat, dari kejauhan tampak berkibar bendera merah putih. Melihat ada yang mendekat, penumpang yang ada di lambung kapal langsung memekikkan kata; “Merdeka!”

“Merdeka …!” Jawab ketiganya dengan penuh semangat.

Akhirnya, anak buah kapal mempersilakan Taleb bin Thalib, Hamis Saanun dan Yusuf Chan untuk naik ke atas kapal.

Beberapa penumpang kapal menjelaskan bahwa perjalanan mereka dari Pulau Jawa ke Indonesia Timur adalah untuk mengobarkan semangat juang masyarakat, khususnya para pemuda dan laskar rayat serta tentara agar berjuang bahu-membahu untuk mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tak lupa, sambil menjelaskan, mereka juga menunjukkan foto-foto Bung Karno, Bung Tomo dan Johanes Latharihari kepada ketiganya.

Ketika salah seorang penumpang bertanya tentang status dan pimpinan pemerintahan di Pulau Buru, maka, Taleb bin Thalib pun menjawab dengan tegas; “Pemerintahan masih dikuasai oleh Belanda dan berada di bawah pimpinan seorang kontroler yang bernama Gaspers.”

Setelah cukup lama berbincang, akhirnya, ketiganya meminta salah satu dari penumpang kapal KM Sindoro yang ternyata pejuang untuk turun dan menerang jelaskan keadaan yang mereka tahu kepada yang lain. Gayung pun bersambut, mereka setuju dengan usulan Taleb bin Thaleb. Sementara, di daratan, para tokoh pemuda dari Pulau Buru pun sedang menanti ….

Penumpang KM Sindoro yang ternyata adalah para pejuang, di antaranya Raden Yusuf Kartadikusuma, Ibrahim Saleh, Anton Papilaya, Yos Sudarso, Dominggus Pattinasarane, Welly Noya, Agus Hektari, Mulyadi, Djafar, Polnaya, Espiano dan Nn. Ana Luhukay — langsung menunjuk Raden Yusuf Kartadikusuma, Ibrahim Saleh, Anton Papilaya ke daratan untuk menemui para tokoh pemuda Pulau Buru.

Setibanya di daratan, setelah saling sapa dengan hangat dan menanyakan apa keperluannya, Raden Yusuf pun menerang jelaskan kepada Abdulah bin Thalib;

“Sebenarnya, kami adalah tim dari Badan Propaganda Daerah Seberang yang mendapat tugas dari Biro Propaganda Pemerintah RI yang berkedudukan di Yogyakarta tentang Kemerdekaan RI yang sudah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.”

Semua yang mendengar sontak bergembira.

Setelah suasana kembali tenang, kembali Raden Yusuf memaparkan bahwa para pemuda, laskar rakyat dan tentara saling bahu-membahu mempertahankan kemerdekaan dengan berpegang pada semboyan; “Merdeka atau Mati …!”

Para pemuda lebih baik mati berkalang tanah dari pada hidup hina dalam cengkeraman penjajah ….

Mendengar semua itu, maka, strategi untuk menyebarkan Kemerdekaan RI di Pulau Buru pun langsung saja disusun. Saat itu, Abdulah bin Thalib menyuruh seorang pemuda untuk memanggil Adam Pattisahusiwa. Saat Adam datang, kemudian diperkenalkan dengan para tamu serta diterangkan maksud kedatangan mereka ke Pulau Buru. Bak gayung bersambut, lepas makan siang yang disediakan, Abdulah bin Thalib, Yusuf Kartadikusuma dan Adam Pattisahusiwa kembali terlibat dalam pembicaraan yang demikian rahasia sampai dengan pukul 17.00 WIT.

Maklum, kala itu, Pulau Buru masih berada dalam cengkeraman penjajah Belanda ….

Pertemuan kedua kembali terjadi di tempat yang sama tepat pukul 09.00 WIT. Sekali ini, seluruh rombongan KM Sindoro turut serta dalam pertemuan yang berakhir dengan senyum kegembiraan. Maklum, selain disambut sebagaimana keluarga, rombongan propaganda Pemerintah RI juga berhasil mengobarkan semangat juang para pemuda Pulau Buru.

Setelah dianggap cukup, maka, rombongan kemudian pamit undur diri sambil tak lupa menghaturkan ucapan terima kasih kepada putra-putri terbaik Pulau Buru yang telah menerima, menjamu dan melayani mereka selama beberapa hari tanpa menunjukkan rasa lelah sama sekali.
Sambil bersalaman, terucap kata nan penuh dengan semangat juang dari rombongan propaganda Pemerintah RI;

“Merdeka Rakyat Pulau Buru … Maju Terus Pantang Mundur!”.

“Merdeka …!” Sahut para pemuda Pulau Buru dengan penuh semangat.

 

 

—————
Dari berbagai sumber terpilih

artikel terkait

Apa komentarmu?

Artikel Terbaru

ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Legenda Hantu Wanita yang Kerap Menteror Toilet Sekolah di Afrika

Ada beberapa cerita yang menceritakan asal-usul Madam Koi Koi. Di Nigeria, salah satu legenda mengatakan dia adalah seorang guru di sekolah menengah yang terkenal...

The Flying Dutchman, Kapal Hantu Yang Meneror Tujuh Samudra

Dari atas Bacchante, kapal yang dinaiki George, 13 orang juga mengaku melihat sebuah kapal yang diselimuti kabut aneh pada saat subuh. Tidak hanya suram,...

Artikel Terpopuler