Walau kehidupanku kembali bahkan lebih berlimpah ruah ketimbang yang dulu, namun, selain istri berselingkuh dengan sopir, Anti bahkan terjerumus ke dalam pergaulan bebas ….
oleh: Tim Redaksi
Neomisteri – Kebangkrutan usaha membuatku jadi mata gelap, lewat salah seorang teman aku pun nekat bersekutu dengan makhluk penghuni alam kegelapan. Cerita ini dipaparkan oleh Nurdin, yang kebetulan pernah diceritakan langsung oleh pelaku peristiwa.
Arya terpaksa harus mengkaui kelicikan rekan kerjanya yang berhasil menggondol tender sekaligus aset perusahaan lewat surat kuasa pelimpahan yang ditandatanganinya sendiri. Ia hanya bisa mengutuki diri sendiri, sementara, istri dan anaknya yang mulai beranjak dewasa hanya bisa menangis, menangis dan terus menangis.
Dendamnya kepada Rudi, sang sahabat yang mencelakakan hidup dan kehidupannya membuat Arya bertekad untuk berusaha “menyaingi “ lewat berbagai cara. Dari berbagai masukan, akhirnya, Arya bertekad lebih memilih untuk bersekutu dengan makhluk penghuni alam kegelapan.
Lewat pinjaman uang dari Nurdin, Arya pun nekat berangkat ke salah satu kota yang terletak di bagian tengah Jawa Tengah.
Singkat kata, setelah dipandu dan menuruti segala perintah, saran dan ubo rampe yang dikatakan Mbah Kromo, sang juru kunci, Arya pun memasuki gua yang gelap — ia langsung menuju tempat yang ditunjukkan yakni batu yang menyerupai altar sementara cuping hidungnya mencium bekas bau dupa, bunga dan pelbagai sesaji yang mulai mengering.
Perutnya mual, tapi, ia menguatkan diri untuk tidak muntah ….
Singkat kata, Arya berhasil menyelesaian ritualnya. Setelah membersihkan badan dan sarapan di rumah Mbah Kromo, ia kembali ke rumahnya di Jakarta.
Enam bulan setelah itu, Arya benar-benar berubah. Perusahaannya yang semula hancur berhasil bangkit kembali. Tak hanya ekspor impor, ia bahkan mulai merambah ke dunia properti dan otomotif — semua sahabat dibuatnya terkagum-kagum, maklum, segala usaha yang dijalankannya pasti berkembang dan selalu meraih keuntungan yang menggiurkan.
Di tengah limpahan kekayaan yang tengah dinikmatinya, hati Arya benar-benar hancur. Pasalnya, beberapakali ia memergoki Sofie sang istri sedang bercumbu dengan sopir pribadinya yang masih muda di kamar tidur pribadinya.
“Aku masih butuh Pa, sementara, Papa egois, hanya mementingkan bisnis saja”, demikian pengakuan Sofie tanpa penyesalan sedikit pun.
Arya tak mampu berkata apa-apa jecuali hanya menarik napas panjang dan lebih memilih untuk menginap di hotel untuk melepaskan kepepatan hatinya. Sementara, di lain waktu, ketika sedang berkumpul dengan beberapa rekan bisnisnya, Indra yang dikenal sebagai girl hunter menunjukkan HP-nya sambil berkata; “Luar biasa ini cewek, ganas, agresif dan kuat. Biar sisa gua, tapi, lu semua bakalan puas kalo bisa nyobain”.
Arya hanya terdiam. Matanya nanar menatap foto di HP Indra. Betapa tidak, itu adalah foto Indri, anak semata wayangnya yang tak disangka telah terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
“Jangan-jangan, ini adalah tumbal pesugihan”, desahnya dalam hati.
Ya … walau bukan nyawa dan harta yang didapatnya habis, namun, Arya lebih menderita lagi karena menyaksikan sendiri kehancuran rumah tangganya.