Selain menenggelamkan sembilan desa, air dari waduk yang satu ini juga menggenangi lumayan banyak pemakaman umum dan berbagai situs yang masih dikeramatkan oleh penduduk ….
Oleh: Anindita M
Neomisteri – Jika dirunut dengan seksama, sejatinya, cerita-cerita misteri yang menyungkupi berbagai tempat, termasuk objek wisata bertujuan agar para pengunjung selalu berlaku santun di manapun mereka berada. Oleh sebab itu jangan heran, jika terjadi suatu peristiwa di tempat itu adalah akibat makhluk tak kasat mata yang marah kepada manusia karena dianggap telah melanggar tata krama hidup dan kehidupan.
Kali ini, bersamaan dengan liburan akhir semester tahun lalu, bersama dengan beberapa sahabat, neomisteri sengaja mendatangi Waduk Darma yang berada di Kuningan, Jawa Barat. Menurut Opik, demikian sapaan salah seorang sahabat yang berasal dari Cigugur mengatakan; “Waduknya keren, pemandangan sekelilingnya hijau, penduduknya ramah kayak gua”.
Baca: Keangkeran Pulau Boneka
Neomisteri, Anan, Dewo, dan Arif hanya tersenyum kecut. Mereka maklum, selama ini, di kampus, Opik dikenal sebagai “kompor”, sosok yang selalu berhasil mengajak teman-teman untuk mengkuti segala keinginannya. Gaya bahasanya, ditambah dengan bumbu-bumbu seolah ia pernah ke tempat itu membuat kami terkagum-kagum. Padahal, ia belum pernah pergi ke tempat itu sama sekali.
Kami sengaja menginap di Cigugur, tempat salah seorang paman Arif tinggal. Dari Mang Ewing (49 tahun), demikian sapaan akrab dari sang paman, kami mendapatkan cerita misteri yang sampai sekarang menyungkupi Waduk Darma.
Menurut Mang Ewing yang mengaku pernah kuliah di Yogyakarta, “Bayangkan saja, Waduk Darma menenggelamkan sekitar sembilan desa beserta dengan seluruh isinya. Oleh sebab itu, jangan heran, jika waduk ini tergolong angker”.
“Kenapa bisa Mang?” Tanya neomisteri.
“Di beberapa desa yang digenangi terdapat petilasan bahkan makam keramat. Oleh sebab itu, sepatutnya, kita berlaku santun agar sang penghuni gaib tidak marah. Akan lebih baik, jika perilaku tersebut menjadi keseharian dari gerak hidup dan kehidupan kita”, lanjutnya mengingatkan dengan gaya seorang dosen kepada mahasiswanya.
“Jika melanggar, maka, mereka harus menerima akibatnya”, imbuhnya.
Kami semua hanya saling tatap. Sementara, Dewo yang sejak tadi menunduk langsung mengangkat wajahnya dan tersenyum penuh arti. Ia sangat mafhum dengan daerah-daerah yang dianggap angker. Maklum, sejak menginjak bangku SMA, Dewo telah menekuni Ilmu Hikmah di bawah asuhan seorang guru yang arif dan mukim di pinggiran selatan Jakarta. Neomisteri langsung menyergah; “Kenapa lu, nyengir sendirian?!”
“Biasa, gua dapet sinyal dari sosok tinggi besar berpakaian putih yang sesekali berjalan cepat di atas waduk”, jawabnya cepat.
Mendengar itu, Mang Ewing lagsung menganggukkan kepala sambil mengacungkan jempolnya. “Tolong tanya sejarahnya”, pintanya, “Mamang mau mencocokkan saja”, imbuhnya bersemangat.
Baca: Kuntilanak di Studio Alam TVRI
Dewo kembali memejamkan matanya. Tak lama kemudian, dari mulutnya terdengar; “Beliau adalah perwujudan dari sebilah pusaka milik salah seorang petinggi Pajajaran. Siapa yang memegang, apalagi bisa menyatu, maka, yang bersangkutan sulit untuk ditangkap apa lagi dikenai senjata tajam”.
“Bentuk kalau maujud?” Tanya Mang Ewing penasaran.
“Belut putih”, jawab Dewo cepat dan langsung menyudahi kontak batinnya.
Mang Ewing langsung bercerita, dulu, pernah ada yang penasaran dengan keberadaan Belut Putih di Waduk Darma. Untuk membuktikan, beberapa orang yang tidak percaya itu mencoba memancing kehadiran sang Belut putih dengan seekor kerbau hidup. Dan apa yang terjadi, begitu kerbau diturunkan ke danau, semua menyaksikan betapa ada seekor Belut Putih berwarna perak menyilaukan langsung menyambar dan menelannya bulat-bulat.
Keanehan lanjutan pun terjadi, mereka yng semula tidak percaya hanya terdiam dan tak mampu berkata-kata bahkan menceritakan apa yang baru saja dialami.
“Itu semua bukti nyata, bahwa, Eyang Belut Putih memang merupakan penunggu gaib dari pusaka dan tidak akan mengganggu siapa pun. Asalkan mereka berlaku santun”, pungkas Dewo, seolah melengkapi keterangan Mang Ewing.
Waduk Darma, memang benar-benar disungkupi oleh nuansa mistis.
You must log in to post a comment.