Berburu Mustika Bambu

Keangkeran rumpun bambu yang ada di sudut kampung itu sudah menjadi buah bibir, selain penampakan ular yang mendesis-desis atau lelaki bertubuh kekar dan berkumis lebat, kadang, ada sebatang bambu yang suka roboh menutupi jalan setapak dan mendadak kembali berdiri tegak ….
oleh: Wing Suaib

Neomisteri – Pengalaman mistik sahabat neomisteri sekali ini memang benar-benar luar biasa. Ia telah membuat heboh orang sekampung karena memocong (mengikat dengan kain putih sebagaimana lazimnya jenazah-red) sebatang bambu yang tumbuh subur di tengah-tengah rumpun yang terkenal sangat angker sehingga jalan setapak yang harusnya dapat memperpendek jarak jarang dilalui. Walau pada siang hari.

Sebagai bungsu dari keluarga salah seorang jago (selain piawai dalam silat, yang bersangkutan juga mendalami ilmu agama-red) maen pukul yang disegani pada zamannya. Kumpi Deris, demikian sebutan akrab beliau yang sudah berpulang puluhan tahun yang lalu.

Baca: Pengalaman Mistik Pengrajin Batu Akik

Sahabat neomisteri yang satu ini praktis tidak pernah mengenal rasa takut, maklum, selain menguasai ilmu pukulan ia juga menguasai ilmu-ilmu yang lainnya.

Kalo dia urat takutnya udah putus”, demikian kata beberapa orang yang mengenal lelaki bertubuh gempal, dan humoris itu.

Mendengar itu, biasanya sahabat neomisteri hanya tersenyum dan berkomentar; “Rasa takut pasti ada. Itu yang bikin ana ampe sekarang masih idup”.

Ketika itu, ia mendengar dari salah seorang temannya bahwa rumpun bambu yang terletak di sudut Kampung Gunung sangat angker. Jangankan malam, pagi sampai siang pun jarang ada orang yang berani melewati jalan setapak yang ada di dekatnya. Padahal, dengan melewati jalan setapak itu, maka, seseorang akan lebih cepat 15 menit sampai ke jalan raya.

Baca: Keris Sesuai Bulan Kelahiran

Karena penasaran, sahabat neomisteri pun mencoba mencari tahu. Setelah hatinya benar-benar mantap, ia pun mulai menjalankan puasa sunah dan tiap malam tenggelam dalam zikir — tujuannya tak lain, mencari tahu kenapa rumpun bambu tersebut sangat angker dan penunggu gaibnya tergolong jail.

Ketika neomisteri menanyakan berapa lama ia menjalankan puasa, Taufik (32 tahun) yang lebih akrab disapa dengan Topik langsung saja menjawab; “Lupa … rasanya sih enggak ampe sebulan”.

Nyang pasti, Senin ana beli kaen putih terus barengan ama Azan Ashar, ntu batang bambu yang suka jail ana pocong”, lanjutnya, “udah itu ana jalan ke langgar buat salat”, imbuhnya datar.

Pocong kaya jenazah?” Potong neomisteri.

Betul, kaya mayit”, jawabnya membenarkan.

Entah siapa yang melihat atau memulainya, yang pasti, seisi kampung gempar ketika tahu ada sebatang bambu berbalut kain putih mirip jenazah. Yang pasti, waktu itu, tiap menjelang petang, penduduk lebih banyak diam di dalam rumahnya. Semuanya harap-harap cemas … menunggu apa yang bakal terjadi.

Berburu Mustika Bambu

Malamnya, di tengah-tengah tenggelamnya Topik dalam zikir, mendadak ia merasa didatangi oleh seekor ular besar yang langsung membelit tubuhnya sementara mulutnya menganga dan siap menelannya. Topik hanya diam dan ular itupun raib entah kemana. Tak cukup sampai di situ, lenyap sang ular kemudian datang harimau, buaya, bahkan tikus sebesar anak lembu dan beberapa jenis binatang buas yang menyeramkan, suasana kamarnya juga seolah disapu oleh angin puting beliung yang teramat dahsyat.

Baca: Menangkal Ilmu Hitam dengan Batu Yakut

Selama tiga malam, gangguan itu terus menerus datang. Tapi, Topik tidak bergeming sama sekali. Tekadnya sudah bulat. Ia tidak mau menyerah dengan begitu saja ….

Bersamaan dengan malam Jum’at, di antara sadar dan tidak, Topik merasa didatangi oleh seorang lelaki berwajah bersih, bertubuh kekar dengan kumis besar melintang di atas bibirnya. Lelaki itu menyampirkan baju di bahu kanannya, sementara, di pinggangnya terbelit kain sarung yang seolah menjadi pengikat celana pangsi-nya. Dengan suara berwibawa, ia pun berkata; “Nyali lu emang gede. Gua mau ikut ama lu, tapi janji, cuman buat jaga diri. Bukan buat agul-agulan”.

Besok, abis Salat Jum’at, ambil gua”, kata lelaki itu dan tak lama kemudian wujud itupun menghilang perlahan-lahan.

Topik pun terjaga dan langsung melirik jam dinding, jarum jam menunjukkan pukul 03.00. Ia langsung berdiri, dan mendirikan Salat Tahajud.

Singkat kata, esoknya, lepas Salat Jumat, ia berjalan seorang diri ke rumpun bambu yang terletak di sudut kampung sambil menenteng golok. Beberapa orang yang melihatnya hanya memperhatikan dan diam-diam mengikutinya dari kejauhan. Topik terus saja melangkah. Ketika sudah dekat dengan bambu yang dipocong, ia diam dan mengumandangkan takbir sebanyak 7 kali. Usai itu, dengan sekali tebas, bambu itupun roboh.

Baca: Misteri Batu Merah Delima

Topik lalu mengambil sebuah batu cincin berwarna putih yang di dalamnya bergambar batang bambu dengan daun sebanyak sembilan lembar dan memasukkannya ke dalam saku, kemudian, ia pun malangkah pulang. Beberapa warga yang mengintip perbuatannya, tak ada seorang pun yang bertanya apa yang baru saja dikerjakan olehnya.

Khasiatnya apa?” pancing neomisteri.

Yang ana tahu dan rasain waktu misahin anak-anak sekolah tawuran. Begitu ana tereak ama nyuruh mundur, eh … ntu anak-anak kaya pada kena angin topan. Pada mundur sambil sempoyongan. Untung ana cuman sekedar ngibas kalo ana dorong, enggak bisa kebayang dah … apa kejadiannya”, jawabnya.

Nah sekarang mustika itu ada di mana?” Desak neomisteri.

Lucu … kadang ada, kadang kagak”,  jawabnya sambil tersenyum, “yang pasti, jaman dulu, menurut cerita orang-orang tua, mustika bambu dicari orang karena banyak kegunaannya”, imbuhnya menutup pembicaraan.

Yang pasti, rumpun bambu itu kini sudah habis. Kini, jalan setapak itu sudah menjadi jalan kampung yang beraspal — dan masyarakat pun bisa melewati jalan itu dengan tenang — bahkan cerita seram yang dulu menyungkupi kini hilang ditelan oleh ingarnya lalu-lalang kendaraan.

artikel terkait

Apa komentarmu?

Artikel Terbaru

ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Tulah Azimat Celeng Belek

Siapa yang tak kenal, selain dermawan dan kaya, Mi Entis bahkan merupakan keluarga pejuang yang pada zamannya konon sangat dicari bahkan kepalanya mempunyai nilai...

Macan Kemayoran

Walau terlahir sebagai anak dari orang yang terpandang, bekas lurah, namun, sebagaimana lazimnya lelaki Betawi, sejak kecil, ia telah dibekali dengan ilmu agama, ilmu...

Artikel Terpopuler