Siapa pun yang bersitatap dengan lelaki kerempeng dan berambut gondrong itu, utamanya kaum wanita, pasti akan langsung bertekuk lutut dan menyerahkan segala apa yang dipintanya ….
oleh: Suryadi
Neomisteri – Kampret, demikian sapaan akrab lelaki kerempeng, berambut gondrong yang tiap harinya berkumpul dengan para sopir angkutan lain di bagian belakang salah satu terminal di Jakarta. Jika tidak berjudi sambil minum kopi, maka, seperti biasa, mereka menenggak minuman keras, Anggur Orang Tua atau Anggur Merah bahkan sesekali Mansion House yang dicampur dengan Coca Cola atau Sprite.
Ya … kegiatan itu merupakan rutinitas bagi para sopir yang kebetulan tidak narik (bahasa sopir angkot jika sedang bertugas), atau, sengaja datang ke tempat itu untuk sekadar mencari rezeki dari para temannya yang kebetulan menang berjudi.
Baca juga: Terungkap, Amalan Rahasia Pemilik Rumah yang Tetap Kokoh Diterjang Erupsi Semeru
Perasaan senasib sepenangggungan membuat mereka jadi macam keluarga. Saling tolong dan terbuka — hampir dalam segala hal. Kenyataan itu tampak dengan jelas ketika mengurus salah seorang di antara mereka yang mati mendadak setelah dikerok dan dipijit oleh Mbak Susi. Tanpa disuruh, ada yang membawanya ke rumah sakit, menghubungi keluarga bahkan menghubungi ambulans untuk membawa jenazah tersebut ke kampung halamannya.
Semalam, sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya, Kampret, bersama beberapa orang sahabatnya tampak menggelar pesta minuman keras di rumah kontrakannya. Itu sesuai dengan janjinya ketika ia hendak memasang TOGEL; “Rasanya, ini hari keberuntungan gua. Kalo tembus, kita minum dan siangnya harus gua pulang mudik mao nyepuh badan (melakukan pengisian diri-red)”, katanya dengan nada angkuh.
“Woles Bro, gua cuman bisa ngedoain dan berharap doang”, sahut Kang Odoy sekenanya.
Yang lain pun hanya tertawa. Ternyata, dewi fortuna sedang berpihak kepadanya. Hari itu, Kampret mengantongi uang hampir 25 juta rupiah — 15 juta disimpan untuk dibawa pulang ke kampung halamannya, sedang 6 juta dibagi-bagi kepada para sahabat yang biasa minum dan berjudi dengannya dan yang 4 juta dipakai untuk membeli minuman keras, rokok dan lain-lain.
Di antara teman-teman sopir angkot, Kampret tergolong lelaki yang mudah mendapatkan uang. Betapa tidak, ia menguasai ilmu pekasih tingkat tinggi yang diisikan ke badannya oleh seorang paranormal yang mulanya seorang gigolo kondang di Jakarta. Setiap 1.000 hari sekali, Kampret harus kembali ke kampung halamannya untuk menyepuh ilmunya dengan membawa ayam yang masih perawan dan disapukan ke sekujur tubuhnya.
Baca juga: Zikir Pelunas Utang
Kang Odoy, Charles bahkan Martin mulanya tak pernah percaya. Tapi, mereka dibuat tak habis pikir ketika Kampret berhasil menggandeng Mama Erna, pemilik toko kelontong terbesar yang ada di dekat terminal tempat biasanya mereka mangkal bahkan membawa ke rumah kontrakannya. Tiga jam kemudian, keduanya tampak keluar dari rumah dengan wajah yang sumringah.
Sejak itu, tiap Kampret tidak punya uang, Mama Erna pasti segera datang untuk memberi. Anehnya, walau tahu, namun suami Mama Erna tidak bisa berbuat apa-apa. Ia seolah merelakan istrinya selingkuh dengan Kampret. Ternyata tak hanya Mama Erna, banyak wanita lain yang terkena jerat asmara Kampret — ada yang gadis, janda, namun kebanyakan istri orang yang berpunya.
Kang Odoy, Charles dan Martin acap mengingatkan agar Kampret tidak berbuat seperti itu karena merusak rumah tangga orang. Namun, Kampret hanya tertawa, ia bahkan menjawab; “Uang halal hasil narik kirim ke kampung buat makan anak bini, kalo buat hepi, ya duit setan lah”.
Malam terus merangkak, Kampret cs terus saja menanggak minuman keras. Beberapa temannya tampak sudah menghindar dan pulang ke rumah masing-masing — menjelang pagi, mendadak, Mbak Susi yang biasa memijat para sopir datang. Ternyata, Kampret telah mengirim pesan lewat WA agar ia segera datang untuk memijat dan mengerok karena tubuhnya terasa tidak enak.
Baca juga: Pelet Kirim Mimpi Basah
Seperti biasa, Kampret langsung saja mencium Mbak Susi dan tangannya bergerilya kemana-mana. Mbak Susi hanya diam dan sesekali menepis tangan usil Kampret, sementara, tangannya terus saja bergerak secara teratur di bagian belakang tubuh lelaki kerempeng itu. Warna merah kehitaman tampak jelas di punggung Kampret. Sesekali ia mengeluh kesakitan, sementara beberapa temannya masih asyik menenggak minuman keras yang hanya tersisa dua botol lagi.
“Hah … Mas Kampret … Mas Kampret”, teriak Mbak Susi sambil mengguncang-guncangkan tubuh lelaki itu.
Tak ada reaksi, pelan namun pasti, tubuh lelaki itu menjadi kaku dan dingin. Kang Odoy langsung menelepon Polisi. Tak lama kemudian, Polisi pun datang. Mereka menggali keterangan dari Mbak Susi, Kang Odoy, Charles, Martin dan beberapa anak muda yang ikut pesta minuman keras bersama dengan Kampret.
Begitu usai mendapatkan keterangan yang dibutuhkan, keanahen pun terjadi. Walau belum sampai dua jam, namun, jasad Kampret menguarkan bau busuk yang teramat menyengat. Hampir semua yang ada muntah secara bersamaan. Polisi memutuskan untuk membawa jasad Kampret ke Rumah Sakit terdekat, sementara Martin yang berhasil menghubungi keluarga mendiang di kampungnya meminta agar mereka untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemakaman.
Singkat kata, akhirnya, Kampret pun dimakamkan di kampung halamannya. Berbeda dengan yang lain, ia dimakamkan dengan menggunakan peti, maklum, walau sudah menggunakan peti, namun bau busuk yang menyengat masih dapat tercium dan terasakan oleh siapa pun yang turut mengantarkannya ke pemakaman. Sang istri dan kedua anaknya tampak tertunduk malu. Mereka tak pernah menyangka, suami dan ayah yang mereka anggap sangat baik dan bertanggungjawab ternyata berkebalikan dengan kenyataannya, bahkan, mati dalam keadaan mabuk.
Baca juga: Ajian Penolak Teluh
Bau busuk dari makam Kampret ternyata mengundang perhatian banyak orang, maklum, kian harian menyengat dan menyebar hampir ke seantero kampung. Agar keluarga yang ditinggalkan terhindar dari fitnah, maka, atas saran sesepuh desa, dipotonglah seekor ayam perawan dan darahnya ditampung di mangkuk dan diletakkan di samping makam. Setelah itu, bau busuk pun hilang dengan sendirinya.
You must log in to post a comment.