Semua yang mengenal merasa kagum dengan Kang Ahyar, betapa tidak, lelaki paruh baya yang memiliki kios pakaian anak-anak di pasar berhasil mempersunting Teh Cie, gadis cantik berkulit kuning langsat, bertubuh sintal serta rambut yang panjang terurai ….
oleh: Anindita Merva
Neomisteri – Bak sudah jadi suratan alam bahwa hidup dan kehidupan manusia terus saja berputar. Kadang di atas yang penuh dengan limpahan harta dan kebahagiaan, namun sesekali juga pernah berada di posisi paling bawah. Hal itulah yang dialami oleh keluarga Kang Ahyar, tetangga yang tinggal tepat di sebelah rumahku.
Jujur, aku tak tahu banyak tentang hidup dan kehidupan keluarga muda itu. Ahyar hanya mengaku memiliki sebuah kios pakaian yang sudah punya banyak pelanggan — maklum, ia merintis usaha tersebut sejak dari muda. Tepatnya, begiutu ia tamat dari SMA.
Kerja kerasnya membuahkan hasil yang manis, kios-nya pun tergolong yang paling besar di komplek pertokoan itu. Hanya saja, akibat dari kerja kerasnya itu ia sampai lupa mencari pendamping hidup. Beruntung, salah seorang pelangganya menjodohkannya dengan salah seorang keluarganya.
Tanpa berlama-lama, Kang Ahyar pun menikah dengan Teh Cie, dara yang usianya delapan tahun lebih muda namun memiliki kecantikan yang tak kalah dengan wanita kota.
Sayangnya, manisnya kehidupan yang tengah direguk Kang Ahyar tidak berlangsung lama. Pada suatu malam, ketika ia dan istrinya sedang menikmati hidangan sahur, teleponnya berbunyi.
Baca: Terjebak Birahi, Pengantin Baru Dicumbu Genderuwo
Kang Ahyar segera mengangkat setelah melihat bahwa yang menelepon adalah Heri, salah seorang kepercayaannya yang tinggal tak begitu jauh dari tokonya.
“Kang … kios terbakar. Kebakaran …”, demikian kata Heri dengan nada panik lalu terputus.
Kang Ahyar mencoba menghubungi Heri tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Teh Cie hanya melihat wajah suaminya berubah muram dan bingung. Ia pun bertanya; “Ada apa Aa? Siapa yang menelepon?”
“Heri … ngasih tahu kalau toko kebakaran”, jawab Kang Ahyar sambil memakai baju dan pamit untuk melihat keadaan.
Diam-diam ia mengutuk dirinya sendiri yang tak sigap dalam memutuskan program asuransi yang ditawarkan oleh pihak manajemen pertokoan.
Baca: Pesugihan Alas Bonggan
“Ah … agaknya inilah yang sering disebut orang kalau roda kehidupan itu berputar. Kadang di atas, tapi, kita juga harus menerima kalau sedang di bawah”, demikian bisik hatinya.
***
Kini, kehidupan Kang Ahyar pun jauh berubah. Alih-alih tawa atau lantunan lagu-lagu seperti yang biasanya terdengar, kini, pintu rumah pun jarang terbuka.
Hanya tiap pagi, Teh Cie sang istri tetap dengan setia menyirami tanaman dan membersihkan halaman rumahnya sambil sesekali menyapa atau berbincang dengan tetangga yang lewat dari balik pagar.
Hampir semua tetangga memberikan semangat; “Ayo … tetap semangat. Itu cobaan, kita harus bisa bangkit”.
“Terima kasih Ibu”, jawab Teh Cie, atau sesekali; “terima kasih Teh”.
Baca: Pengalaman Horor Melintas di Jalur Alas Baluran
Sayangnya, iman Kang Ahyar goyah. Mendengar bisikan salah seorang karyawan kepercayaannya, ia pun berangkat ke suatu tempat di pantai selatan untuk mengabdi pada dunia kegelapan.
Ya … Kang Ahyar sudah bertekad untuk memelihara tuyul — menurut pengertiannya cara ini tidak merepotkan karena pada malam-malam tertentu sang istri harus bersedia menyusui tuyul-tuyul tersebut, ironisnya, sang istri tidak diberitahu sama sekali.
Sebelum berangkat, Kang Ahyar hanya mengatakan; “Aa mau ikhtiar, doakan berhasil. Tugas Neng, nanti hanya menyusui, lain tidak. Mudah-mudahan dengan cara ini kita bisa balik seperti dulu”.
Teh Cie hanya menggaguk. Ia benar-benar tidak tahu apa yang bakal dilakukan oleh suaminya.
Singkat kata, sebulan sudah berlalu. Tampaknya, kehidupan Kang Ahyar mulai berubah, senyum terus menguar dari bibirnya. Berbeda dengan Teh Cie, wajahnya tampak selalu murung dan badannya juga terlihat agak kurus.
Betapa tidak, pada suatu malam, seolah mimpi dan nyata ia merasa didatangi dua anak kecil yang merengek minta menyusu. Naluri kewanitaannya tergugah, Teh Cie langsung saja memberinya. Dan apa yang terjadi … sebagai wanita yang belum pernah menyusui, Teh Cie hanya merasakan kedua anak itu benar-benar sangat rakus sehingga menghabiskan segala-galanya.
Paginya, ia hanya merasakan tubuhnya lunglai ….
Ketika ia menceritakan apa yang terjadi, Kang Ahyar dengan senyum dikulum hanya berkata; “Berikan saja biar mereka puas”.
Teh Cie pun terdiam.
Dalam waktu tak begitu lama, badan Teh Cie pun semakin kurus. Ketika hal itu ditanyakan oleh para tetangga, Teh Cie hanya menjawab; “Belakangan sulit tidur”.
Baca: Pengalaman Seram Naik Bus Setan
Keadaan Teh Cie membuat tetangga yang mengenalnya menjadi khawatir. Beruntung, Bang Zul, suami Teh Lina mafhum akan keadaan tetangganya itu. Ia pun berpesan kepada istrinya, agar, pada malam Jumat yang akan datang bisa mengajak Teh Cie untuk makan di luar sebagaimana yang dahulu biasa mereka lakukan dan langsung membawanya ke Sukabumi.
“Pokoknya, malam itu, jangan sampai ia ada di rumah”, demikian pesan Bang Zul.
Lina hanya mengangguk tanpa ia tahu apa yang sebenarnya berkecamuk di benak suaminya itu.
Ketika waktunya tiba, Lina pun meminta izin kepada Kang Ahyar untuk mengajak Teh Cie makan malam di luar. Dengan wajah cemberut, Kang Ahyar pun berpesan; “Pulangnya jangan malam-malam ya!”
Lina dan Teh Cie pun mengangguk bersamaan, kemudian mereka pergi meninggalkan rumah.
Baca: Gila Akibat Harta Karun Jepang
Lina langsung membawa Teh Cie ke Sukabumi, tepatnya ke rumah Ajengan Soleh. Di sana telah menunggu Bang Zul. Teh Cie yang bingung dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi langsung saja diberitahu oleh Bang Zul.
Teh Cie hanya bisa menangis, ia tak menyangka, kenapa Kang Ahyar begitu tega mengorbankan dirinya.
Singkat kata, Ajengan Soleh meminta Teh Cie untuk berwudu kemudian mendirikan salat taubat dan mewiridkan asma “Allah” sebanyak-banyaknya.
Sementara, di rumah, Kang Ahyar hanya bisa marah-marah. Ia tidak menjumpai sang istri, sementara, teleponnya juga tidak bisa dihubungi. Ia mulai gelisah bahkan ketakutan, pasalnya, malam itu sang istri harus menyusui dua tuyul peliharaannya.
Jika tidak, maka ia yang bakal jadi korbannya ….
Baca: Tuyul Alas Kucur
Ketika waktunya tiba, maka, kedua tuyul itu dengan serta merta mendekati Kang Ahyar. Lelaki itu tak berdaya, ia hanya bisa pasrah ketika sepasang tuyul itu menyusu pada dirinya. Dalam beberapa kali sedotan, tubuh Kang Ahyar pun langsung saja kering kehabisan darah.
Dengan senyum puas, sang tuyul itu pergi meninggalkan mantan tuannya dalam keadaan sekarat ….
Paginya, bersamaan Teh Cie masuk ke dalam rumah, baru diketahui, Kang Ahyar telah meninggal dalam keadaan yang mengenaskan. Di tengah-tengah suasana duka, banyak tetangga yang mempertanyakan kondisi tubuh Kang Ahyar. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Kang Ahyar.
Tapi tak seorang pun berhasil mendapatkan jawaban yang pasti, sebab, hanya Teh Cie, Teh Lina dan Bang Zul saja yang tahu peristiwa tersebut.