Megah dan indah, namun terkesan wingit, demikian kesan pertama ketika melihat bentangan jalan yang membelah Selat Madura dan baru selesai dibangun pada rentang 2009 lalu ….
oleh: Kusumadewa
Neomisteri – Tatok (45 tahun), adalah salah seorang sahabat neomisteri yang sejak muda memang memiliki hobi bertualang dengan menggunakan kendaraan roda dua. Touring demikian anak-anak zaman now menyebutnya. Tak heran, pada waktu-waktu senggang, Tatok selalu berada di tengah-tengah kelompoknya pergi ke suatu tempat yang memang jauh-jauh hari telah mereka rencanakan.
Semua temannya sepakat, selain memiliki keahlian dalam hal mesin, Tatok juga memiliki kelebihan lain yang lebih spesifik. Maklum, sejak muda, Tatok dikenal merupakan sosok yang gemar berguru — menurut pengakuannya, ia menimba ilmu hikmah dari salah seorang purnawirawan Angkatan Laut yang mukim di bilangan selatan Jakarta.
Baca: Penghuni Gaib Kontrakan Tua
Tahun ini, tepatnya pada 2011, tujuan touring kali ini menuju ke Bangkalan, Madura, sekaligus menengok sahabat mereka Ahyar yang baru saja melangsungkan pernikahan dengan gadis pilihannya. Oleh karena itu, rencana touring sekali ini disusun demikian rapi … selain menempuh jalan yang lumayan panjang, mereka juga sepakat akan menjelajahi keindahan Pulau Madura.
Hari keberangkatan pun tiba, tepat pukul 06.00 Arif, Ade, Eka, Holand dan Yosef telah berkumpul di rumah Tatok. Mereka hanya berlima, maklum, ke tujuh sahabatnya tidak mendapatkan izin cuti dari kantornya masing-masing. Walau begitu, mereka turut melepas kepergian para sahabatnya dengan iringan doa agar mereka dapat kembali tanpa kurang suatu apa.
Usai berdoa bersama, sambil melambaikan tangan, kelima sahabat itu langsung berangkat. Hari itu, mereka menyusuri jalur Pantura dengan istirahat pertama Cirebon, kedua Tegal dan menginap di rumah keluargamya Ade, Semarang. Selama perjalanan, tak ada pengalaman yang berarti. Malam itu, kami menginap di rumah keluarga Ade. Paginya, usai memeriksa motor dan perlengkapan serta sarapan, kami pun pamit untuk melanjutkan perjalanan dengan titik istirahat di Tuban.
Karena jalan santai, maka, kami tiba di Kota Pahlawan sekitar pukul 17.00. Setelah melewati silang pendapat yang cukup panjang, akhirnya, Tatok memutuskan untuk beristirahat di salah satu penginapan di dekat Kebun Binatang Surabaya.
Usai salat Isya, kami pun keluar untuk mencari pengisi perut. Lepas itu, seperti biasa, kami pun berbincang dengan security dan petugas hotel untuk mengetahui keadaan Jembatan Suromadu yang megah itu. Seperti biasa, Tatok pun mulai menelisik kisah-kisah mistik yang ada di Jembatan Suromadu.
Kisah Mistis Jembatan Suramadu
“Sejak dibuka, boleh dikata, jembatan itu selalu ramai. Baik jalur motor ataupun jalur mobil. Maklum, Jembatan Suromadu merupakan penghubung antara Madura dengan Jawa”, jawab Cak Kris, security hotel dengan dialek Surabaya yang kental.
“Kalau yang sering mengganggu dan maujud hantu perempuan. Biasanya di sekitar pintu masuk jembatan”, katanya dengan penuh semangat. “Padahal jalur jalannya hanya ada satu, tapi, ada yang melihat bercabang. Akibatnya, mereka terperosok ke sawah”, imbuhnya sambil tersenyum.
Tatok terus saja menelisik, sementara, Arif, Ade, Eka, Holand dan Yosef telah beberapa kali menguap. Melihat itu, Tatok langsung meminta mereka untuk masuk dan beristirahat terlebih dahulu. Mereka pun langsung saja minta diri dan berjalan masuk ke kamar.
Baca: Terjebak Birahi, Pengantin Baru Dicumbu Genderuwo
Sambil menghisap rokoknya dalam-dalam, Cak Kris kembali melanjutkan ceritanya; “Keangkeran pintu Jembatan Suramadu dibuktikan dengan peristiwa kecelakaan yang terjadi pada 2014 silam. Satu unit Honda Jazz menghantam pintu tol jembatan. Alhasil, kelimanya penumpangnya pun langsung tewas di tempat”.
Tatok mengangguk-anggukkan kepalanya. Tak lama kemudian, ia pun pamit undur diri untuk beristirahat. Sambil berjalan menuju ke kamar, ia pun bergumam; “Untung ada cerita dari Cak Kris, jadi gua enggak sibuk nyari bahan tulisan”.