Tak pernah habis pikir, walau usia Kak Zahra dengan Bang Ijong terpaut hampir sebelas tahun, namun, wajah, keceriaan dan keharmonisan di antara keduanya sungguh membuat banyak orang yang melihatnya menjadi iri ….
oleh: H. Efendi
Neomisteri – Work From Home (WFH) di masa pandemi membuat orang banyak memiliki kesempatan untuk melakukan pelbagai inovasi untuk bertahan dari kerasnya hidup dan kehidupan — belum lagi usai, kita mulai dihadapkan dengan zaman baru. Penggunaan masker, menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan air yang mengalir seolah syarat mutlak di dalam berkehidupan — akibatnya, semua kebutuhan sehari-hari praktis dilakukan secara online.
Bagi yang senang berinovasi, ini adalah kesempatan emas untuk mereka mengembangkan hobi sekaligus membangun usaha baru. Kenyataan ini yang terjadi pada Bang Ijong, tetangga, sekaligus sosok yang acap dimintai pertimbangan oleh masyarakat sekitar. Maklum, walau perantau dari Tanah Melayu, Bang Ijong memiliki wawasan dan pergaulan yang sangat luas — begitu juga dengan istrinya, yang akrab disapa dengan Kak Zahra.
Baca: Amalan Hidup Tenang dan Penderas Rezeki
Dalam waktu singkat, walau hanya bertindak sebagai reseller dari beberapa produik pakaian jadi, namun, usahanya itu berkembang demikian pesat. Hal itu merupakan bukti dari luasnya pergaulan Bang Ijong dan Kak Zahra.
Namun bukan itu yang menjadi perhatian warga sekitar tempat tinggalnya. Boleh dikata, semua yang mengenal pasti membicarakan keharmonisan Bang Ijong dan Kak Zahra. Betapa tidak, walau telah dikaruniai dua buah hati, tapi, dalam keseharian, keduanya bak pengantin baru saja. Selalu mesra dan saling memanjakan.
Apalagi, Kak Zahra yang usianya sebelas tahun lebih tua masih nampak sintal, dengan kulit yang berminyak ….
Hingga pada suatu malam Minggu. Kami yang waktu itu sengaja berkumpul untuk menghabiskan waktu dan kepenatan di lapangan bulu tangkis. Ewing demikian panggilan akrab keluarga muda yang baru enam bulan pindah itu, nekat menanyakan hal tersebut kepada Bang Ijong.
Baca: Petaka Ilmu Langkah Manis
Alih-alih tersinggung, Bang Ijong malahan tertawa berkepanjangan dan tak lama kemudian ia pun berkata; “Sebenarnya, itu ilmu rahasia kami yang masih berdarah Melayu”.
“Oh …”, hanya itu yang terlontar dari mulut kami sambil menatap Bang Ijong dengan penuh selidik.
“Begini …”, katanya dengan sungguh-sungguh, “ketika menikah, biasanya orang tua mewariskan doa yang kalau di Jawa biasa disebut mantra untuk perekat rumah tangga”, imbuhnya.
Mendengar itu, Ewing langsung saja bersiap-siap dengan HP-nya sambil berkata; “Ini yang kita tunggu-tunggu”.
“Kegunaan doa tersebut, selain membuat Miss V yang semula basah menjadi kesat, yang semula frigid menjadi hangat, bahkan mampu membuat berdenyut-denyut”, sambung Bang Ijong.
Ewing sontak memekik kecil, “Ini yang kita cari …”.
“Baik, silakan rekam dan nanti disalin. Semoga bermanfaat dan rumah tangga kalian sehingga bisa lebih hangat ketimbang yang kemarin …”, lanjutnya lagi.
Bismillahirrahmannirrahiim.
temuku tumbuh, kunyitku tumbuh,
tumbuh di atas bumi angkasa,
uratku penuh dagingku penuh,
aku memakai ilmu tujuh rasa,
panasnya seperti api tempurung,
hangatnya seperti abu di dapur,
sempitnya seperti lubang jarum.
kasih sayang tunduk si … (sebutkan nama istri),
mustajab di aku,
kabul dari guru,
berkat Lailahaillallah Muhammadarrasulullah.
“Baca dua kali sambil tahan napas tiap pagi dan petang dengan tangan ditengadahkan seperti berdoa. Selesai itu, gosok kedua tangan sampai terasa panas. Dan ketika akan berhubungan, baca kemudian gosok tangan seperti biasa dan tepukkan di Mis V dengan halus …”, terangnya.
“Namun akan lebih sempurna jika selesai baca dan menggosokkan kedua tangan langsung ditepukkan ke Miss V. Lakukan selama seminggu tanpa putus, hasilnya, selamat menikmati”, pungkasnya sambil bersiap-siap untuk pulang.
“Alhamdulillah …”, demikian kata yang ada hampir bersamaan.
Baca: Esmu Mandi Para Raja
Kemudian mereka dengan secara bergantian menyalami Bang Ijong, selain mengucapkan terima kasih juga meminta izin untuk mengamalkan Ilmu Tujuh Rasa.
Beberapa waktu kemudian, walau tidak seramai kemarin, mereka pun kembali berkumpul di lapangan bulu tangkis. Ketika Bang Ijong datang, Ari langsung saja berkata; “Maaf Bang … bukan salah kami. Yang di rumah selalu merengek jika kita ke luar rumah”.
Bang Ijong hanya geleng-geleng sambil tersenyum penuh arti.