asd

Keangkeran Jembatan Cirahong

Sungguh tak disangka, waktu pembuatannya, jembatan peninggalan Balenda yang membentang dengan angkuh di atas Sungai Citanduy, Jawa Barat, ternyata meminta tumbal sepasang pengantin baru ….
oleh: Priadi Narendra

 

Neomisteri – Bagi masyarakat Ciamis, cerita tentang keangkeran Jembatan Cirahong bukan lagi merupakan hal yang baru. Betapa tidak, mereka bahkan dapat menceritakan dengan lancar tumbal yang diminta oleh penunggu gaib Sungai Citanduy. 

Cerita turun temurun itu seolah tak lekang dimakan zaman ….

Bersama dengan sahabat Firman (37 tahun), sekali ini neomisteri mencoba mengulik keangkeran Jembatan Cirahong yang membentang di perbatasan Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Tepatnya, kali ini, Tatok sengaja mengajak neomisteri dan beberapa sahabat lain untuk sekadar berwisata ke Ciamis.

Hari itu, Tatok, neomisteri dan tiga teman lainnya, yakni Arif, Ari dan Uyu telah siap di atas motor masing-masing. Waktu baru menunjukkan pukul 05.30 WIB.  Tatok telah menentukan, kita akan berhenti untuk sejenak beristirahat di Kalijati, Kadipaten, Talaga, dan Kawali. Semua sepakat, kami memperhitungkan perjalanan akan memakan waktu sekitar sembilan sampai sepuluh jam.

Setelah berdoa bersama, kami pun berangkat.

Singkat kata, kami tiba di Ciamis menjelang Magrib dan langsung menuju ke rumah Firman. Di sana, ibu, bapak dan keluarga adik-adiknya menyambut kami dengan riang. Usai mendirikan salat Magrib berjamaah di surau, kami pun disuguhi nasi panas serta pepes dan goreng ikan, telur, tahu, tempe serta sambal yang lumayan pedas dan lalapan segar. Dalam waktu singkat, semua hidangan tandas.

Usai itu, kami berbincang bersama di pekarangan rumah Firman yang luas dan banyak ditumbuhi pepohonan. Dari Pak Karta, ayah Firman, kami dapat cerita yang sangat menarik sehubungan dengan keangkeran Jembatan Cirahong.

“Pada zaman Belanda, mulanya, penjajah tidak berniat membangun Jembatan Cirahong dengan alasan harus mengeluarkan biaya tinggi dan kurang potensial”, tutur Pak Karta sambil menghembuskan asap rokoknya, “rencananya, Belanda akan membuat jalur kereta api dari Tasikmalaya langsung Manonjaya, Cimaragas selanjutnya ke Banjar”, imbuhnya.

“Namun, rencana tersebut tercium oleh R.A.A. Kusumadiningrat, mantan Bupati Ciamis yang saat itu masih bernama Bupati Galuh dan juga dikenal dengan sebutan Kangjeng Prebu. Beliau yang punya pengaruh cukup kuat dan disegani oleh pihak Belanda langsung saja mendatangi. Ia menyatakan lebih beruntung membuat Jembatan Cirahong ketimbang nantinya kesulitan di dalam mengangkut hasil bumi. Sebab, Ciamis dikenal sebagai penghasil kelapa, daun nila, lada, kopi, kapas  yang sangat potensial”, ujarnya menambahkan.

“Akhirnya pihak Belanda pun sepakat”, sambung Pak Karta, “tapi apa daya, berbagai kejadian di luar nalar pun hampir tiap saat terjadi. Terutama, air Sungai Citanduy tiap saat selalu meluap. Padahal, tidak ada hujan sama sekali. Akibatnya, proses pengerjaan pun terhambat”, tambahnya.

Keangkeran Jembatan Cirahong
Keangkeran Jembatan Cirahong

“Pasti ulah Aki Bohang dan Nyai Odah”, gumam Arif.

Semua langsung menatap tajam ke arahnya; “Maaf …”, kata Arif, “ketelepasan … pastinya keduanya sangat terganggu dengan kesibukan para pekerja”, tambahnya cepat.

“Itu sangat benar. Kok tahu …?” Sambut Pak Karta bersemangat. 

Arif pun menceritakan, tadi, menjelang masuk kota ia sempat berhenti sesaat untuk melepaskan lelah sehingga teman-temannya menggerutu. Padahal, sebenarnya, ia tengah berbincang pada salah satu anak buah Aki Bohang yang mengingatkan agar jangan sekali-kali lewat Jembatan Cirahong dalam keadaan galau karena suatu masalah atau bertindak dan berkata seenaknya.

Semua mafhum, khususnya Firman dan teman-temannya karena mereka tahu kalau Arif memang tergolong punya kelebihan. 

Akhirnya Aki Bohang dan Nyai Odah sepakat tidak mengganggu jika mereka diberikan sepasang pengantin yang masih jejaka dan perawawan untuk dijadikan sebagai anaknya. Kebetulan, beberapa waktu kemudian, ada buruh bangunan yang mau menikah. Mendengar itu, mandor pun langsung  memberikan bantuan biaya pernikahan … sambil menitipkan pesan; “Jika sudah menikah, jangan takut,  nanti akan dijemput untuk diantar ke rumah pimpinan untuk menerima hadiah yang lebih besar lagi”.

Pasangan calon pengantin itu mengangguk tanda setuju.

Hari bahagia pun datang. Lepas pesta, keduanya dijemput kemudian dibawa ke tempat pengecoran pondasi di tenga sungai. Tanpa daya, kedua pengantin itu diikat kuat bersama-sama dengan sesaji yang sebelumnya telah dipersiapkan, kemudian diocor dengan semen. Keduanya terkubur hidup-hidup ….

Sejak itu, pembangunan pun berjalan dengan lancar.  

Seiring dengan perjalanan sang waktu, arwah kedua pengantin itu acap terlihat berdiri menatap kejauhan seolah mengingatkan kepada setiap yang lewat agar selalu berhati-hati jika melewati tempat tersebut. Maklum, tak hanya Aki Bohang dan Nyai Odah serta keduanya, di jembatan tersebut juga ada penghuni gaib lain yang berwatak kasar dan selalu mengganggu siapa pun, ia adalah Bah Rahong yang selalu mengajak manusia ke jalan yang sesat.

artikel terkait

Apa komentarmu?

Artikel Terbaru

ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Cerita Seram di Balik Megahnya Taman Bermain Dreamworld

Neomisteri - Dreamworld merupakan taman bermain yang terletak di Gold Coast, Queensland, Australia. Dreamworld menjadi taman bermain Australia terbesar yang memiliki 40 wahana, termasuk...

Kisah Nyata: Kekuatan Sedekah Ubah Jalan Hidup Perampok

Enam bulan berlalu, Sohail telah melupakan peristiwa dramatis tersebut. Tapi kemudian dia dikejutkan dengan surat yang datang ke tokonya. Surat tanpa alamat pengirim yang...

Artikel Terpopuler