Dari sekian banyak rahasia Yang Maha Kuasa yang memang tak mungkin dapat terpecahkan … salah satunya adalah keberadaan makhluk tak kasat mata yang juga hidup berdampingan dengan manusia ….
Oleh: Surya Negara
Neomisteri – Cerita tentang keberadaan makhluk tak kasat mata ini seolah tak pernah ada habis-habisnya dalam sejarah hidup dan kehidupan manusia. Tak hanya menghuni rumah-rumah kosong, pohon besar, makam-makam tua dan keramat atau gunung dan hutan, namun, ada juga makhluk tak kasat mata yang menghuni jembatan bahkan ruas jalan utama yang ramai oleh lalu lintas.
Kali ini, neomisteri mencoba menelisik Jembatan Ciharendong yang masuk dalam wilayah Kelurahan Cigintung, Kecamatan Kuningan, Jawa Barat, dan keangkerannya sampai menjadi buah bibir masyarakat setempat bahkan meluas sampai kemana-mana.
Betapa tidak, dari mulai diresmikan pada April 1985 ada beberapa peristiwa memakan korban jiwa yang sempat tercatat oleh neomisteri Di antaranya pada Desember 2009 — kala itu, 4 nyawa melayang sia-sia ketika Truk Fuso pengangkut pakan ternak bertabrakan dengan pikap dan juga motor akibat rem tidak berfungsi — begitu juga pada 2016, rem yang tidak berfungsi juga membuat sang sopir meninggal di tempat kejadian akibat terjepit — belum lagi kecelakaan yang membuat korban luka parah dan ringan yang acap terjadi di kawasan yang satu ini.
Salah seorang tukang ojek pangkalan yang enggan disebutkan namanya dan biasa mangkal tak jauh dari Jembatan Ciharendong dengan tegas menyatakan; “Menurut cerita orang-orang tua, dahulu, tempat itu merupakan pembuangan mayat para pemberontak yang dibunuh secara kejam oleh Kompeni Belanda”.
“Pemberontak?” Potong neomisteri cepat.
“Ya … siapa saja yang menentang Kompeni Belanda dianggap sebagai pemberontak”, jawabnya tak kalah tegas.
“Selain itu, masih menurut mereka (orang-orang tua dahulu-red), penguasa gaib tempat itu menginginkan adanya pertunjukan ronggeng yang pada akhirnya mereka semua dibunuh secara keji”, imbuhnya.
“Agaknya, arwah-arwah penasaran itulah yang membuat kenapa Jembatan Ciharendong menjadi angker”, tambahnya lagi.
Neomisteri hanya dapat manarik napas panjang. Sementara, salah seorang pemuda yang juga turut dalam perbincangan hanya menguarkan senyum penuh arti. Hati neomisteri pun tergelitik untuk menelisik keterangan darinya lebih jauh lagi.
“Kalau menurut Akang bagaimana?” Pancing neomisteri.
“Saya …?” Jawabnya balik bertanya.
“Ya …”, jawab neomisteri sambil menawarkan rokok.
Lelaki itu langsung mengambil dan menyalakannya sambil mengucapkan terima kasih. Seteleh beberapa hisapan, lelaki yang mengaku bernama Kang Parmin (39 tahun) sambil menunjuk ruas jalan dan Jembatan Ciharendong pun berkata; “Secara teknis, kontur jalan dan kemiringan ruas jalan serta minimnya penerangan memang menuntut semuanya untuk berhati-hati”.
Neomisteri menatap tajam objek yang ditunjuk sambil mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju.
“Bisa juga”, kata lelaki pertama, “tapi ingat, kita tidak hidup sendirian. Ada makhluk lain ciptaan Allah yang memang selalu mengganggu iman manusia juga hidup berdampingan dengan kita walau alamnya berbeda”, paparnya panjang lebar.
“Nah … kita harus sadar. Mulanya daerah ini merupakan hutan belukar lebat dan bukan tidak mungkin merupakan hunian mereka. Karena terganggu, akibatnya, mereka pun memberitahu keberadaannya dengan caranya”, imbuhnya bersemangat.
“Contohnya, sopir angkot yang mendapat borongan dari wanita cantik yang minta diantar ke Perumahan Cigintung yang berbatasan dengan jalan lingkar. Sampai di tempat, wanita cantik itu sonta menghilang bak ditelan bumi”, lanjutnya.
“Yang pasti, hampir kebanyakan orang yang melihat penampakan, makhluk tersebut maujud sebagai wanita cantik yang berdiri di tempat terjadinya kecelakaan”, pungkasnya sambil minta diri untuk mengantarkan penumpang ke suatu tempat.
Neomisteri dan Kang Parmin pun mengangguk sambil berkomentar hampir bersamaan; “Siaap … hati-hati”.
“Saya yakin, dengan penerangan yang cukup dan kondisi kendaraan serta kondisi sopir yang fit serta selalu berdoa sebelum berangkat, maka, kecelakaan dapat dihindari dan kesan angker pun akan hilang dengan sendirinya”, ujar Kang Parmin.
Setelah dirasa cukup, neomisteri pun mohon diri untuk meneruskan langkah untuk menelisik pelbagai tempat angker lainnya.