Ketampanan, ramah, bersuara merdu, ditambah dengan kepiawaiannya memainkan alat musik membuat kedua pengamen itu sangat dikagumi tak hanya dengan penggemar setia bahkan oleh yang baru mendengar atau melihat penampilannya ….
oleh: Tim Redaksi
Neomisteri – Kisah ini neomisteri dapatkan dari salah seorang sahabat yang bernama Anan (35 tahun) yang bekerja di bilangan Kota. Ia menceritakan pengalaman dua sahabatnya, pengamen yang berasal dari Kota Pahlawan, Surabaya, yang pernah mendapatkan undangan untuk menghibur acara syukuran atas kelulusan cucu dari salah seorang terpandang.
Malam mulai tua ketika keduanya sedang istirahat sambil menyesap kopi dan menghisap rokok serta menghitung pendapatannya hari itu. Sambil menggeliat untuk menghilangkan rasa penat, keduanya langsung memasukkan penghasilan masing-masing ke dompetnya. Ketika berdiri dan akan pulang ke kontrakan, mendadak, datang seseorang sambil berkata; “Bang, maaf, besok pagi bisa ngamen di tempat saya enggak?”
“Maksudnya?” Tanya kedua pengamen bersamaan.
Orang itu pun menyahut tanpa menyebutkan alamatnya; “Begini, kalau bersedia besok saya jemput di sini pas Maghrib. Tapi yang rapi ya … jangan kucel kayak begini”.
“Yang penting, makan, minum, rokok terus jemputan aman ya. Kalau honor, asal pantas”, sahut keduanya sambil menyalami orang yang mengaku utusan.
Masing-masing lalu naik ojek ke kontrakan. Sesampainya di rumah, keduanya langsung membersihkan diri dan tidur. Seperti biasa, mereka bangun menjelang zuhur. Setelah menyeduh kopi, keduanya duduk sambil mereka-reka lagu yang bakal dibawakan nanti. Alhasil, keduanya berencana membawakan sekitar 30-an lagu. Setelah itu, keduanya makan, salat dan terus bergolek sambil memainkan HP.
Usai mendirikan Salat Maghrib berjamaah di surau, keduanya lalu berdandan serapi mungkin Ketika keluar, Pade Harjo pun menyapa; “Waduh … begitu baru ganteng. Mau main di mana Mas?”
“Enggak tahu Pakde, orangnya lupa ngasih tahu. Tapi kita di jemput di tempat biasa”, sahut Dito antusias, sementara, Marno yang memang pendiam hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala saja.
Singkat kata, kedatangan keduanya memang sudah sangat ditunggu. Para remaja yang tengah bergembira karena baru lulus SMP, langsung berteriak sambil menyebutkan judul lagu; “Ayooo Bang, mulai …Diana, Kolam Susu, Kisah Seorang Pramuria”.
“Gereja Tua … Usah Kau Harap Lagi”, sambung yang lain dengan riuh.
Dito dan Marno langsung saja mengalungkan gitar dan bernyanyi. Praktis, keduanya hanya dapat beristirahat ketika minum dan makan malam. Sudah itu, keduanya dengan antusias melayani permintaan para remaja yang duduk mengelilingi. Tanpa terasa, malam kian larut. Menjelang tengah malam, akhirnya. Acara pu dihentikan.
Dito dan Marno mendapatkan sejumlah uang yang terbungkus dalam amplop coklat besar serta beberapa tas berisi makanan. Sesuai perjanjian, ia diantar oleh yang menjemputnya. Tak ada yang bicara di mobil, maklum, karena kelelahan keduanya tertidur dengan nyenyak. Keduanya dibangunkan ketika mobil telah sampai ke tempat biasa mereka mangkal.
Ojek langganan mereka langsung mendekati dan keduanya pun naik dan diantar pulang ke rumah kontrakannya.
Siangnya, ketika bangun, Dito dan Marno sangat kaget. Maklum, di dalam amplop coklat berisi uang yang cukup besar. Sekitar Rp200.000.000. Sementara, tas makanan yang dibawanya isinya telah telah berubah menjadi perhiasan. Sontak keduanya langsung sujud syukur ….
Setelah itu, mereka pun memberikan sumbangan untuk surau dan masyarakat sekitar kontrakannya yang selama ini banyak memberikan dukungan dan bantuan. Esoknya, mereka pamit kepada semuanya. Konon, Dito dan Marno telah menikah dan membuka usaha toko kelontong di rumahnya.