Bukan sekadar isapan jempol, ternyata, areal pemakaman memberikan tanda-tanda teramat khusus jika akan ada yang bakal dimakamkan di sana ….
oleh: Andrika
Neomisteri – Tak dapat dipungkiri, pelbagai cerita seram bahkan bumbu-bumbu mistik sering kita dengar dari orang-orang yang bertugas di pemakaman. Salah satunya adalah pengalaman Bang Aselih (47 tahun) salah seorang penggali di TPU yang terdapat di bilangan selatan Jakarta.
“Sebenernya bukan ceritaan boong (bohong-red) kalo ada orang yang mao dikubur bakal ngasih tanda-tanda ke kita”, katanya dalam dialek Betawi yang kental.
Neomisteri segera memesan kopi dan penganan kecil serta sebungkus rokok Gudang Garam di warung kwecil yang ada di balik pagar TPU agar dapat mengorek keterangan lebih jauh lagi tentang pengalamannya selama menjadi penggali makam.
Tanpa banyak tanya, Bang Aselih langsung saja menyeruput kopi dan membuka rokok langsung menyalakan dan menghisapnya dengan penuh nikmat.
Baca: Kuntilanak di Studio Alam TVRI
Mulanya Bang Aselih adalah salah satu tukang ojek pangkalan yang biasa mangkal tak jauh dari TPU. Karena belakangan sepi, maklum COVID 19, akibatnya banyak order yang hilang khususnya anak-anak sekolah begitu juga karyawan dan karyawati.
Hingga pada suatu hari, karena Bang Tohir penggali tetap TPU sedang sakit dan kebetulan hari itu ada yang datang untuk memakamkan keluarganya, karena iba, Bang Aselih pun menawarkan diri kepada Ketua TPU untuk membantu menggalikan makam.
“Daripade nganggur. Lumayan bisa buat beli beras ma jajan anak-anak”, kilahnya.
Alhasil, sejak itu, Ketua TPU meminta pada Bang Aselih bergabung menjadi penggali makam untuk membantu Bang Tohir yang selama ini hanya ditemani oleh Bang Amir yang usianya juga sudah menginjak setengah abad.
“Biasanya, kita kumpul pukul 07.00 trus pembagian tugas buat ngored (membersihkan rerumputan-red) atawa ngebetulin makam nyang kurang pantes. Nah … abis Megrib baru kita pada balik pulang”, paparnya.
“Abang enggak takut?” Pancing neomisteri.
“Kadang ada juga perasaan takut”, jawabnya datar, “biasanya kalo ada keluarga dari luar kota yang sengaja nyempetin ziarah padahal udah malem. Alesannya enggak tahu percis sebelah mana kuburannya. Nah … kita kudu sedia nganterin”, lanjutnya lagi.
“Abang sendiri?” Desak neomisteri.
“Kagak lah … kita betiga. Sebab kalo dikasih rejeki dari yang ziarah, langsung kita bagi tiga”, jawabnya cepat.
Menurut Bang Aselih, tiap akan ada yang dimakamkan, biasanya, areal TPU akan memberikan tanda-tanda yang khas. Mulai dari suara burung hantu, tanah meledak atau memendarkan cahaya kebiruan. Jika ada tanda-tanda tersebut, maka, sudah dapat dipastikan esoknya bakal ada yang dimakamkan di TPU tempatnya bertugas.
Keterangan tersebut diamini oleh Bang Tohir dan Bang Amir yang baru saja ikut bergabung dan menyalami neomisteri. Menurut keduanya, dahulu, TPU tersebut tergolong angker karena letaknya di pingggiran kota. Selain belum banyak penduduk dan pepohonan yang besar-besar, penerangan juga tidak ada sama sekali.
Baca: Keusilan Makhluk Ghaib di Jembatan Ciharendong
Namun, seiring dengan perkembangan kota, maka, TPU tersebut kini terletak di pinggir jalan raya yang lalu lintasnya hampir 24 jam tidak pernah berhenti — akibatnya, kesan seram pun hilang seiring banyaknya lalu lalang manusia serta warung-warung makan yang hampir memenuhi pagar luar TPU.
Selaras dengan pesan Bang Aselih, maka, neomisteri bersedia untuk tidak menuliskan nama dan letak TPU yang dimaksud. Maklum, ia takut mendapatkan tegoran dari atasannya.