H. Haryanto mengakui, salah satu kebiasaannya sejak dulu adalah berziarah ke makam-makam ulama. Khususnya saat hatinya kalut. Menurutnya, ziarah ke makam-makam ulama membuat hatinya lebih tenang dalam menjalani kesulitan dalam hidup.
Neomisteri – PO Haryanto saat ini menjadi salah satu perusahaan otobus antar kota antar provinsi dan pariwisata ternama di indonesia. PO Haryanto diketahui berbasis di Kudus, Jawa Tengah serta memiliki kantor cabang di Tangerang dan Solo.
Seperti dikutip dari Wikipedia, armada PO Haryanto memiliki kekhasan tersendiri. Di bodi bagian samping terdapat stiker Menara Kudus, yang memiliki arti bahwa PO Haryanto didirikan oleh Putra asli Kudus.
Baca: Ketika Syeikh Kholil Bangkalan Bikin Belanda Kebingungan
Selain itu, di beberapa bagian bus juga ditempel stiker shalawat Nabi yang bertujuan mengingatkan para crew dan penumpang agar selalu bershalawat. Sebagian armada juga dilengkapi dengan gambar wayang kulit, biasanya bergambar Werkudara atau Rama dan Shinta.
Selain ciri khas dalam armada, PO Haryanto juga memiliki ciri khas dalam pelayanan. Seperti peraturan untuk berhenti melaksanakan shalat ketika dalam perjalanan, atau uang tiket konsumen yang dimana akan disumbangkan kepada yang membutuhkan sebesar 2,5 persen.
Perjuangan Panjang
Ada perjuangan panjang di balik kesuksesan PO Haryanto. Ini tak terlepas dari kerja keras sang pemiliknya, H. Haryanto. Saat merayakan ulang tahun PO Haryanto yang ke-19 pada 20 November 2021 silam di Kudus, H. Haryanto pun menceritakan pengalamannya sejak kecil.
H. Haryanto diketahui merupakan anak ke enam dari sebelas bersaudara, dimana dia dilahirkan dari keluarga buruh tani, sehingga dia sudah terbiasa dengan bekerja keras semenjak kecil demi membantu ekonomi orang tuanya.
Perjuangan keras orang tuanya dalam menghidupi keluarga sangat berbekas di ingatan H. Haryanto. Itu sebabnya dia sangat cinta orang tua. “Jangan sekali-kali membantah ibu dan bapak,” katanya memberikan nasehat kepada karyawan dan hadirin HUT PO Haryanto.
Baca: Brigjen Kiai Syam’un
Haryanto sendiri bercita cita ingin menjadi TNI sejak kecil. Ketika dewasa dia nekat pergi ke ibukota tanpa bekal dan mendaftar menjadi angggota TNI. Pada tahun 1979, dia mulai aktif bekerja di kesatuan Batalyon Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Kostrad TNI Angkatan Darat yang berada di Tangerang.
“Saya masuk tentara karena keadaan (selain menjadi cita-cita sejak kecil). Saya mencoba mengadu nasib ke Jakarta. Malu kalau terus begini, enggak akan bisa maju,” katanya mengenang kehidupan masa mudanya dulu.
Ternyata penghasilan yang didapatkannya dari gaji tentara masih kurang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Akhirnya Haryanto memutuskan untuk mencari pekerjaan sambilan dengan menjadi sopir angkot selepas pulang dari bekerja.
Pengalaman Spiritual
H. Haryanto mengakui, salah satu kebiasaannya sejak dulu adalah berziarah ke makam-makam ulama. Khususnya saat hatinya kalut. Menurutnya, ziarah ke makam-makam ulama membuat hatinya ebih tenang dalam menjalani kerasnya hidup.
“Kalo lagi sumuk, ziarah ke makam wali. Karena di sana ‘sinyalnya’ sangat kuat. Karena para wali adalah para pewaris nabi. Sering-sering ziarah ke makam Walisongo, makam para wali. Saya juga seneng ziarah,” kata H. Haryanto menasehati.
Baca: Mengintip Masjid Seribu Pintu Tangerang
H. Haryanto pun mengaku memiliki pengalaman spiritual saat berziarah di salah satu makam wali di bilangan Serpong Tangerang Selatan. Dia mendapat nasehat dari sosok tidak berwujud yang menjadi pegangannya hingga kini.
“Suatu ketika saya sumpek, sempat ketiduran di makamnya Syeikh Tb Muhammad Atif. Jam 3 pagi, dibangunin. Ada suara tapi enggak ada wujud. Dibisikin, ‘kamu yang sabar, baca sholawat yang banyak’,” ungkapnya.
Pengalaman ini menjadi salah satu motivasinya untuk bangkit dan berusaha untuk memperbaiki taraf hidup keluarganya. H. Haryanto pun berpesan agar kita semua tidak takut untuk berusaha. Namun tentu saja usaha harus diiringi dengan doa.
“Perbanyak sholawat, istighfar, dan berdoa. Doakan juga orang tua dan saudara-saudara kita, serta para ulama kita. Jangan takut berusaha. Kamu punya Allah, kamu punya sholawat, punya sahabat. Yakin, jangan ragu. jangan bingung. Allah maha kaya,” ungkapnya.
Baca: Masjid Kobe, Tetap Kokoh Meski Diterjang Bom dan Gempa Dahsyat
Namun H. Haryanto juga berpesan, bahwa yang terutama adalah mencari keberkahan dan ridho Allah dalam menjalani hidup. “Hidup penuh berkah lebih baik daripada mendapat banyak harta tapi enggak berkah,” jelasnya.
H. Haryanto pun sadar bahwa kesuksesannya saat ini tidak terlepas dari pertolongan Allah. Itu sebabnya, dia tidak ragu untuk menyumbangkan sebagian pendapatan usahanya untuk membantu orang yang tidak mampu, khususnya anak yatim piatu.
“Ada ribuan anak yatim piatu yang saya asuh. Doa mereka bisa ‘menembus langit’. Jadi yang menggunakan bus saya, turut mendukung saya dalam menghidupi anak yatim piatu,” katanya yang juga telah membangun masjid di sejumlah kota di pulau Jawa.
Dalam merayakan HUT PO Haryanto ke-19, H. Haryanto juga memberangkatkan ratusan peziarah dengan sejumlah armada bus miliknya untuk berziarah ke makam Walisongo di seantero pulau Jawa dan makam KH Cholil Bangkalan Madura.