Mimpinya menjadi kenyataan, paginya, ketika ia membuka pintu rumah, mendadak seekor burung menerobos masuk dan hinggap di atas TV dan langsung memperdengarkan suaranya yang mempesona ….
oleh: Marno Aulia
Neomisteri – “Semua karena Allah, burung tersebut hanya sekadar perantara”, demikian kata Bayu (32 tahun) sahabat neomisteri, “prinsipnya, dalam hidup kita harus berusaha, bekerja keras, dan berdoa. Hasilnya, kita serahkan kepada Allah sang Maha Pencipta”, lanjutnya lagi.
Ya … siapa yang tak kenal Bayu, lelaki ulet yang siap bekerja apa saja demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Ia yang semula bekerja sebagai salesman di perusahaan yang bergerak di bidang otomotif terpaksa harus berhenti akibat pengurangan pegawai.
Baca: Kurir Makanan Diganggu Sosok Wanita Berwajah Rusak
Mulanya, Nuri (30 tahun) sang istri amat gelisah. Betapa tidak, hidup dan kehidupan di Jakarta yang demikian keras membuatnya jadi khawatir. Angannya langsung saja mereka-reka, tiap bulan, mereka harus membayar kontrak rumah, listrik, makan sehari-hari dan sekadar jajan untuk Windu (2 tahun) buah cinta mereka.
Seperti biasanya, Bayu tetap saja kelihatan tenang; “Kita harus yakin sama Allah. Semua pasti ada jalan keluarnya”, ujarnya membesarkan hati sang istri. Mendengar itu, Nuri hanya bisa mengangguk sambil tersenyum kecut.
Bayu benar-benar membuktikan tanggung jawabnya sebagai suami sekaligus ayah dari anaknya. Tiap pagi, ia keluar rumah untuk mengais rezeki. Mulai jadi kenek bangunan, tukang cuci mobil dan motor, sampai menjadi kuli panggul di sebuah pusat perbelajaan. Semua pekerjaan dijalaninya dengan riang dan ikhlas, ia meyakini, Allah pasti memberikan sesuatu yang terbaik jika ia berhasil melalui cobaan yang terbilang berat itu.
Baca: Bau Busuk Pertanda Buruk
Oleh karena itu, di tengah-tengah kesibukannya bekerja, ia tak pernah meninggalkan salat lima waktu dan ditutup dengan doa agar Allah memberikan kekuatan iman, islam dan kesehatan bagi diri dan keluarganya — bahkan, tiap malam, ia selalu mendirikan Salat Tahajud dan membaca Surah Yasin.
Hingga pada suatu malam, Bayu bermimpi didatangi seorang tua yang kelaparan dan kehausan — tanpa pikir panjang ia pun mempersilahkan tamu tersebut masuk ke rumahnya dan langsung menyediakan sekadar nasi dengan tumis kangkung dan lauk telur dadar serta segelas teh hangat. Sang tamu tampak makan dengan lahap. Usai itu, sang tamu pun pamit sambil menghaturkan terima kasih tak terhingga dan bahkan berjanji akan membantu Bayu.
Baca: Dibekap Sosok Hitam Besar di Kontrakan
Bayu hanya tersenyum saja. Menurutnya, apa yang dikatakan sang tamu hanyalah basa-basi belaka, sebab, mana mungkin lelaki yang sudah renta dapat membantu pekerjaannya yang tergolong lumayan berat, kuli panggul. Begitu sang tamu lenyap, Bayu pun terbangun.
“Alhamdulillah”, ucapnya sambil melirik ke arah jam dinding. Ternyata, waktu telah menunjukkan pukul 02.15 WIB.
Tanpa berlama-lama, dengan hati-hati ia turun dari pembaringan menuju ke kamar mandi. Usai membasuh badan dan wudhu, Bayu pun langsung mendirikan Salat Tahajud dan dilanjutkan dengan dzikir kemudian ditutup dengan pembacaan Surah Yasin, sekaligus menunggu waktu Subuh tiba.
Lepas mendirikan Salat Subuh, Bayu menjerang air dan mencuci piring yang kotor untuk meringankan tugas sang istri yang mulai kerepotan dalam mengasuh Windu, anak kesayangannya. Ketika membuka pintu rumahnya, mendadak, seekor burung masuk ke dalam dan hinggap di atas TV. Tak lama kemudian, burung tersebut memperdengarkan suaranya yang amat mempesona. Sesaat Bayu tertegun. Begitu ia sadar, sontak ia mendekati burung tersebut dan menangkapnya.
Baca: Perempuan Penglaris Kedai Makanan
Kini di genggamannya, ada seekor burung perkutut berwarna belang mirip zebra, berjambul, berparuh hitam serta warna kakinya gelap. “Jangan-jangan ini yang disebut orang Perkutut Songgo Ratu”, bisik hatinya.
Bayu segera keluar untuk meminjam sangkar milik Mas Gimin, tetangganya, yang memang gemar memilihara burung. Begitu melihat burung yang dipegang Bayu, sontak, Mas Gimin pun berteriak; “Sini … buat aku aja. Biar aku yang pelihara. Ato tukar sama motorku, itu baru seminggu”.
Bayu pun menceritakan mimpi yang dialaminya, Mas Gimin pun dapat memakluminya.
Lima hari setelah itu, peristiwa pun terjadi. Bayu dipanggil oleh salah seorang tauke yang langsung saja memberondong dengan pertanyaan; “Lu orang bisa bikin goody bag?”
“Saya harus belajar dulu”, jawab Bayu, “lalu, untuk apa dan siapa yang mau beli. Di sini sudah banyak yang jual goody bag”, lanjutnya lagi.
“Ambil barang dari gua, bikin dan gua juga yang beli. Syaratnya kudu rapi dan tepat waktu. Kalau mau, mulai minggu depan bisa kerja. Sabtu, bahan, mesin jahit dan mesin obras gua kirim ke rumah”, kata sang tauke.
Baca: Cerita Seram Rumah Sakit Kosong
Bayu hanya bisa mengangguk walau ia sama sekali belum pernah membuat barang sebagaimana yang dimaksud sang tauke. Melihat itu, sang tauke pun kembali berkata; “Jangan takut, nanti, seminggu ada yang dateng buat ngajarin. Udah itu, lu bisa jalan sendiri”.
Singkat kata, sejak itu, kehidupan Bayu pun kembali normal bahkan meningkat pesat. Betapa tidak, tanpa modal sama sekali, kini, ia menjadi salah satu pengusaha goody bag yang tergolong besar dan sukses.
Baca: Diganggu Hantu Muka Rata di Hutan Bambu
Para tetangga beranggapan itu semua karena tuah burung perkutut Songgo Ratu — menurut Mas Gimin, jika burung bertuah tersebut dipelihara dengan baik akan dapat mengangkat derajat pemiliknya, namun, jika disia-sia bakal menghancurkan pemiliknya.
Menanggapi hal itu, Bayu hanya tersenyum saja. Ia tetap meyakini, itu semua karena Allah sementara burung hanya sekadar perantara belaka, lain tidak.