Sayid harus menerima takdir karena terlahir sebagai anak yang memiliki kemampuan untuk melihat, berdialog, bermain, bahkan kadang tanpa disadari ia bisa memasuki alam makhluk tak kasat mata ….
oleh: Kusumadewa
Neomisteri – Hari itu, neomisteri benar-benar sangat bahagia. Betapa tidak, sekitar pukul 21.45 WIB, Sayid (42 tahun) demikian sahabat sejak kecil mendadak datang berkunjung ke rumah. Padahal, berbilang tahun neomisteri berusaha melacak keberadaannya, namun, sejak lepas SMP, Sayid seolah menghilang bak ditelan bumi. Menurut beberapa sahabat, ia pindah ke Bukittinggi karena mengikuti orang tuanya.
Baca: Keangkeran Pabrik Karet Mijen
Yanuar yang kebetulan teman sekolah juga mengatakan hal yang sama. Ia bertemu Sayid tiga tahun lalu ketika pulang kampung untuk memberitahu keluarganya bahwa dirinya telah lulus SMA dan diterima di salah satu universitas negeri di Bandung.
“Om Marno marah-marah”, demikian kata Yanuar, “soalnya, tiap ada liburan Sayid selalu enggak pernah ada di rumah. Selalu mendaki Gunung Singgalang atau Marapi bahkan kadang ke Kerinci”.
“Untungnya”, demikian keterangan Om Marno, ayah Sayid, “nilai rapornya selalu sangat memuaskan. Jadi … ya apa boleh buat”.
Menanggapi keluhan sang ayah, biasanya Sayid hanya tersenyum simpul sambil berbisik; “Biasa Bokap gua. Maklum … ya …, yang penting Nyokap selalu ngedukung selagi gua enggak macem-macem ato melanggar hukum agama dan negara”.
Baca: Susuk Warisan
Yanuar pun setuju dan menganggukkan kepala. Ketika ditanyakan apa sebenarnya yang dicari dari ketiga gunung tersebut, Sayid pun menjawab; “Gua selalu ditunggu ama sodara-sodara. Mereka baek … jadi gua enggak bisa nolak kalo mereka udah manggil”.
“Maksud Lu?” Desak Yanuar.
“Biase … Inyiak”, sahut Sayid datar.
Yanuar hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja. Ia maklum, Sayid tidak mengada-ada. Karena sejak duduk di bangku SMP ia acap memperlihatkan kelebihannya dalam hal melihat, kemudian berdialog, bermain bahkan sesekali masuk ke dunia yang tak kasat mata. Menurut pengakuan Sayid ke Yanuar, ia mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan tentang dunia tak kasat mata, khususnya yang berkaitan dengan harimau.
Ketika hal itu neomisteri tanyakan, dengan enteng Sayid pun menjawab; “Gua cuman ngejalanin takdir aja. Gua bisa begini juga enggak belajar atau ngamalin suatu apa. Perentahnya cuma, jaga hati”.
Baca: Misteri Tol Jombang Lokasi Kecelakaan Maut Vanessa Angel
Pembicaraan sejenak terhenti ketika Lila, istri dan Eko anakku datang sambil membawa kopi dan sekadar makanan kecil. Setelah saling kenal, mereka turut bergabung. Namun karena Eko sudah waktunya tidur, Lila pun mohon diri ….
“Terus kesibukan Lu apa sekarang?” Tanyaku.
“Pengepul sayur mayur dan buah-buahan. Lumayan, buat kesibukan dan ngebantu sodara yang tinggal di pinggiran hutan atau di dusun yang jauh dari keramaian. Biar mereka juga sejahtera dan aman dari gangguan manusia tamak ato binatang liar”, jawabnya datar.
Sayid cuma berpesan, “Kalo mo jalan-jalan lintas Sumatra sampe Aceh jangan lupa ngontak gue. Insya Allah aman dan enggak ada gangguan”.
“Nah sekarang Lu mao kemana? Nginep di sini aja … udah malem”, bujukku.
“Makasih”, katanya sambil menjabat tanganku dan berjalan ke luar.
Aku mengantarkan sampai pintu pagar. Sayid tak mau menggunakan jalan yang ada di komplek, ia malahan sengaja melintasi lapangan yang merupakan FASUM di komplek perumahanku. Tapat di tengah-tengah lapangan, mendadak ia berhenti dan menaikkan tangannya ke atas sambil menengadah. Tak lama kemudian, bersamaan dengan awan tebal menutupi bulan di langit, tubuh Sayid pun lenyap bak disapu angin ….
Sayup-sayup terdengar suaranya; “Jangan heran … gua dijemput ama Inyiak dari Marapi. Biasanya gua cuman dianter sampe deket rumah doang”.
Neomisteri pun hanya bisa tersenyum sambil garuk-garuk kepala. Ternyata, Harry tak perneh berubah sama sekali ….