Metode penyembelihan lebih aman dibandingkan pemukulan atau cara jagal lainnya. Ini telah dibuktikan oleh Profesor Wilhelm Schulze dan Dr Hazem, dari Universitas Hanover, Jerman.
Neomisteri – Sadis, mungkin itu gambaran tentang penyembelihan hewan cara islam. Darah yang mengucur deras dan kesan mengerikan itu yang mungkin dianggap tidak manusiawi dan sadis. Tapi, betulkah demikian. Beberapa penelitian justru mebuktikan sebaliknya. Cara penyembelihan tersebut adalah yang paling baik dan tidak menyakiti hewan.
Seperti dilansir Islamweb.net, hewan yang disembelih dengan cara tersebut tidak akan merasakan sakit. Hewan akan kehilangan kesadaran ketika urat nadi di bagian depan tenggorokan digorok, sehingga tidak mungkin merasakan sakit. Kejang-kejang yang terjadi saat hewan disembelih, bukanlah wujud rasa sakit.
Baca: Teknik Tidur ala Tentara, Langsung Terlelap dalam 2 Menit
Saat pembuluh darah putus, otak tidak lagi menerima aliran darah, tapi otak besar masih tetap hidup. Sistem saraf di belakang leher juga masih terkait dengan semua sistem tubuh. Akibatnya, sistem saraf mengirimkan sinyal ke jantung, otot, usus dan seluruh sel tubuh untuk mengirim darah ke otak besar.
Pengiriman darah ke otak besar inilah yang membuat pergerakan sporadis saat hewan disembelih atau kejang-kejang tersebut. Namun, darah yang mengalir ke otak besar keluar melalui lubang sembelihan di leher tersebut, sehingga hewan mati ketika darahnya habis. Dan rasa sakit tidak dirasakan lagi, karena hewan hilang kesadaran ketika urat nadinya putus.
Metode penyembelihan lebih aman dibandingkan pemukulan atau cara jagal lainnya. Ini telah dibuktikan oleh Profesor Wilhelm Schulze dan Dr Hazem, dari Universitas Hanover, Jerman. Pada 1978 penelitian mereka tentang keamanan penyembelihan dipublikasikan pada jurnal mingguan kedokteran hewan Deutsche Tieraerztliche Wochenschrift.
Dua peneliti itu menggunakan alat electroencephalograph (EEG) dan elektrokardiogram (EKG) untuk menguji dua metode penjagalan hewan. Yakni, dengan cara menanamkan beberapa elektroda di berbagai tengkorak hewan. Selama uji coba dua alat itu merekam kondisi otak dan jantung.
Baca: Mengungkap Misteri Proyeksi Astral atau Meraga Sukma
Hasilnya, pada metode penyembelihan, tiga detik setelah disembelih, EEG tidak menunjukkan perubahan grafik dari saat sebelum disembelih. Ini menunjukkan hewan tidak merasakan sakit selama disembelih. Tiga detik berikutnya, EEG mencatat hewan dalam kondisi tidak sadarkan diri akibat darah yang terkuras.
Setelah enam detik, EEG mencatat level nol, penanda hewan tidak merasakan sakit apapun. Sementara EEG turun ke level nol, jantung hewan masih berdebar dan tubuh kejang-kejang bersamaan darah terkuras. Karena darah terkuras, bakteri tak bisa berkembang dalam tubuh hewan. Maka berdasarkan pengukuran ini, hewan dengan metode penyembelihan sangat sehat untuk dikonsumsi.
Baca: Ajaib, Ayam Hidup Berhari-hari Tanpa Kepala di Thailand
Hal ini tentunya berbeda dengan mematikan hewan dengan cara yang lain, misalnya dipukul atau dicekik. Saat dicekik hewan bisa mengalami kesakitan akibat pusing hebat karena darah tidak bisa mencapai otak.
Dengan pemukulan misalnya, memang hewan jadi tidak sadar. Namun, pengukuran EEG menunjukkan hewan mengalami sakit parah, jantung hewan berhenti berdetak lebih awal daripada hewan dengan metode penyembelihan.
Jika dipukul, hewan mati dengan darah masih dalam tubuh. Hal ini menyebabkan membran yang melapisi usus besar kehilangan kemampuan mempertahankan bakteri. Akibatnya, bakteri menembus tubuh hewan, berkembang dalam darah dan menyebar ke seluruh daging, sehingga daging tersebut tidak sehat untuk dikonsumsi (ADH).
YANG NON MUSLIM gak usah pake cara ini, kan biasanya gak suka cara2 muslim, sering mencela muslim, masa cara muslim juga dipake