Siluman Patung Kera

Ia tidak pernah peduli dan terkejut ketika melihat tubuhnya tak berbalut selembar benang dan selalu diterpa angin kencang yang menerobos masuk lewat lubang-lubang bilik gubuk reotnya ….
oleh: Kusumajati

 

Neomisteri – Mulanya Hendra (37 tahun) meyakini bahwa Jakarta adalah kota yang menjanjikan sejuta kesempatan bagi siapa pun yang mau berusaha, dan bekerja keras. Tapi apa daya, situasi membuatnya benar-benar tak bisa keluar dari lilitan kemiskinan. Ia baru sadar, tanpa berbekal keahlian, maka, jangan coba-coba berani mengarungi hidup dan kehidupan di belantara Jakarta.

Menginjak bulan ketiga, ia pun memutuskan untuk menjadi pemulung. Hendra tetap berpegang pada kata hatinya; “Biarlah kotor dan harus kerja keras asalkan halal”.

Baca juga: Diganggu Hantu Menyeramkan di Basement

Untuk beristirahat, setelah mendapatkan izin, maka, ia sengaja membersihkan gubuk reot yang terletak di belakang lapak milik sang juragan. Di situlah ia merebahkan tubuhnya setelah seharian bekerja mencari, memilah, membersihkan dan mengelompokan sampah hasil kerjanya. Setiap Sabtu, ia pun mendapatkan bayaran dari hasil kerjanya, antara Rp. 500.000,00 sampai dengan Rp. 750.000,00.

Alhasil, tiap bulan, Hendra dapat mengirimkan antara Rp. 1.000.000,00 sd Rp. 1.500.000,00 ke kampung halamannya. Tujuannya, selain meringankan beban kedua orang tua dan membantu adiknya yang masih duduk di bangku SMP, ia juga berharap agar keluarganya bangga — tanpa mereka harus tahu apa yang dikerjakannya di perantuan.

Hingga pada suatu hari, ketika memilah hasil yang didapat hari itu, Hendra terkesiap. Betapa tidak, di dalam kardus kecil yang didapat ternyata berisi patung kera (monyet-red) berwarna keemasan dengan panjang sekitar sejengkal. Sontak hatinya berdesir. Ia pun memperhatikan patung kera itu dengan saksama. Kemudian, Hendra bangkit dan mengikat patung temuannya itu di sudut gubuk reotnya. Ia berkhayal, tiap berbaring, matanya dapat melihat sekaligus mengagumi kehalusan patung temuannya itu.

Baca juga: Tulah Azimat Celeng Belek

Malam itu, seperti biasa, setelah menghabiskan waktu untuk melepas penat dengan beberapa temannya sambil minum kopi dan merokok, Hendra dan teman-temannya bubar dan masuk ke gubuk masing-masing untuk beristirahat. Tak seperti biasanya, kali ini, Hendra merasa begitu mengantuk. Setelah mematikan lampu, ia pun berbaring dan tertidur dengan nyenyaknya.

Ilustrasi asap

Dalam tidur, Hendra bermimpi bertemu dengan seorang gadis yang begitu cantik dan mampu menggetarkan hatinya pada pandangan pertama. Setelah berkenalan dan saling menyebutkan nama, keduanya langsung berbincang dengan hangat sambil berjalan-jalan di tengah-tengah keramaian kota. Walau heran karena merasa baru pertama kali menginjakkan kaki di kota tersebut, namun, Hendra enggan untuk bertanya.

Ia hanya ingat ketika mengantarkan Dewi pulang ke rumahnya yang asri dan terletak di pemukiman elit. Kebetulan, kedua orang tua Dewi sedang berpergian ke luar kota. Jadilah kedua pasangan muda yang sedang dimabuk asmara lupa diri. Keduanya terlibat dalam pusaran panasnya asmara purba ….

Baca juga: Karma Ilmu Pelet

Entah berapa kali keduanya melakukan, yang jelas, ketika akan pamit pulang, dengan manja dan sambil bergayut Dewi pun berkata; “A’a jangan tinggalin Dewi ya. Pokoknya, apa yang A’a minta pasti Dewi penuhi”.

Hendra pun mengangguk dengan senyum penuh kepuasan. Hendra puas dan bangga, maklum, sebagai lelaki yang lahir dan dibesarkan di desa, ia berhasil menggaet cinta seorang gadis rupawan yang mengaku sebagai anak dari salah seorang pengusaha besar. Paginya, ketika bangun, ia baru sadar bahwa dirinya tak berbalut benang barang selembar pun ….

Hendra tak pernah peduli dengan keadaan yang dialaminya tiap bangun tidur. Ia bahkan berharap agar mimpi indah itu terus saja hadir dalam tidurnya. Tak hanya itu, pendapatan Hendra pun terus saja meningkat sehingga membuat beberapa teman-temannya, seperti Agus, Toto, Ruri dan Udin diam-diam iri kepadanya. Walau mereka berempat berusaha untuk mencari tahu, tapi, tidak pernah berhasil.

Hingga pada suatu siang, Dodo (5 tahun) cucu sang juragan yang terkenal nakal dan usil masuk ke gubuk Hendra untuk mengambil kelerengnya yang masuk di sana. Ia langsung saja mendorong kardus yang merupakan pintu gubuk, kemudian mencarinya ke tiap sudut. Sekali ini, matanya melihat patung monyet yang tergantung di sudut ruangan. Dengan cepat, ia langsung mengambil dan menyimpannya di balik bajunya, kemudian keluar dan melanjutkan permainan bersama dengan teman-temannya yang lain ….

Menjelang Maghrib, ketika akan mandi, Dodo melemparkan patung kera itu ke dalam kubangan yang biasa dipakai utuk membakar pelbagai barang yang sudah tidak bisa dijual sama sekali. Keajaiban pun terjadi. Begitu patung kera itu masuk ke dalam bara, mendadak, terdengar ledakan disertai dengan pendar warna biru terang di perapian.

Baca juga: Petaka Tumbal Uang

Tak ada yang mengacuhkan kejadian itu. Namun, di sana, Hendra yang sedang mendorong gerobak berisi barang-barang hasilnya memulung, tiba-tiba berteriak kepanasan dan tubuhnya pun sontak lemas ….

Di jalanan yang mulai sepi itu, akhirnya Hendra jatuh dan tak sadarkan diri lagi ….Esoknya, ia diketemukan oleh Ruri dan Udin. Tapi apa daya, Hendra tak lagi mengenali keduanya. Pandangannya kosong … kedua temannya itu tak mampu berbuat banyak kecuali hanya melaporkan apa yang dilihatnya kepada sang juragan lapak. Tak ada jalan lain, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sang juragan lapak mengembalikan Hendra kepada keluarganya di desa.

artikel terkait

Apa komentarmu?

Artikel Terbaru

ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Mengenal Sosok Ulama Ahli Metafisika asal Madura

Neomisteri - KH Bahaudin Mudhary dikenal sebagai salah satu ulama besar yang pernah dilahirkan di Indonesia. KH Bahaudin Mudhary lahir di Sumenep, Madura pada...

Pengalaman Mistik Supir Taksi

Dia diminta menunggu, sementara, sang penumpang yang bertubuh tambun dan dari mulutnya tercium bau alkohol yang teramat menyengat masuk ke sebuah rumah mewah lagi...

Artikel Terpopuler