Sebagaimana layaknya pengantin baru, boleh dikata, tak ada sedikit pun waktu yang terbuang kecuali hanya untuk berdua dan berasyik maksyuk untuk meneguk sepuas-puasnya manisnya madu cinta …. Oleh: Ams Suradilaga
Neomisteri – Ali baru saja terjaga dari tidur lelapnya. Hatinya berbunga-bunga, betapa tidak, semalaman ia mereguk manisnya madu cinta bersama Ita, gadis manis bertubuh sintal dan berkulit putih yang baru beberapa waktu menjadi istri sahnya.
“Ah …,” katanya sambil menggeliat dan menatap sang istri yang masih terbuai di alam mimpi yang indah.
“Neng … bangun,” katanya sambil mengguncang lembut tubuh istrinya, “sudah siang. Malu sama Bapak dan Ibu,” sambungnya lagi.
Dengan malas, Ita pun menggeliat sambil tersenyum simpul dan duduk kemudian memeluk tubuh suaminya dengan penuh perasaan cinta — tak lama kemudian, Ita pun mendaratkan kecupan mesra di pipi sang suami kemudian bangun sambil berkata; “Aa tenang-tenang dulu, Ita akan menyiapkan minuman dan air panas ya”.
Ali mengangguk sambil tersenyum. Hatinya berbunga-bunga ….
Baca: Pelet Darah Perawan
Pagi dan siang itu, sesekali keduanya berkumpul untuk berbincang dengan keluarga yang lain. Selebihnya, keduanya lebih banyak mengunci diri di dalam kamar untuk memuaskan dahaga yang selama ini terpendam.
Ia tak pernah menyangka, ternyata, diam-diam, Ita memiliki libido yang tergolong tinggi. Dekapan, sentuhan dan belaian walau dilakukan dengan apa adanya, sontak membuat Ita merengek untuk minta dipuaskan.
Ali teringat akan kata-kata Bagas, salah satu temannya; “Potongannya, walau tidak kuat, tapi, Ita punya nafsunya gede”.
“Galdiran”, dari kata galak di ranjang imbuhnya sambil tersenyum penuh arti, “Lu harus mampu jaga stamina buat ngimbanginnya. Jangan lupa, kuning telor bebek kampung, dicampur kopi, jahe dan madu,” sambungnya sambil tertawa bergelak.
Walau terkesan vulgar, namun, kata-kata seperti itu sudah bisa terlontar dari teman-temannya sesama teknisi. Apalagi, mereka yang sudah berkeluarga. Semua demikian terbuka ….
Baca: Dendam Seorang Istri
Hari keempat, menjelang senja, mendadak Ali ditelepon Bagas yang dengan menghiba memintanya untuk segera datang karena ada kerusakan di salah satu mesin yang dapat berakibat menghambat produksi.
Ali sempat memberikan alasan tengah menjalani cuti pernikahan, namun, ia tak sampai hati mendengar rengekan Bagas. Akhirnya, ia pun menjawab; “Oke … gua siap-siap dulu, begitu selese, gua langsung cabut ke pabrik”.
Setelah menerangjelaskan kepada Ita dan keluarganya, Ali pun bersiap-siap untuk berangkat ke terminal dengan diantar oleh Sauri, adik iparnya.
Beruntung, bus terakhir yang akan berangkat ke Cikarang sudah bersiap-siap untuk berangkat.Tanpa banyak tanya, Ali segera naik dan mendapat tempat duduk di belakang sopir.
Menjelang masuk tol Bogor, Ali mendapat kabar dari Bagas lewat WhatsAap; “Mantaps Bro. Mesin udah jalan lagi. Lu enggak usah jalan ke pabrik ya. Maacih”.
Baca: Bercumbu dengan Hantu Noni Belanda
Ali pun terkesiap dan menyumpah panjang pendek. Ia segera meminta bus agar menepi. Ia langsung turun dan bergegas menuju angkot yang terparkir di pinggiran jalan untuk kembali ke Sukabumi. Ia sengaja tidak memberitahukan kejadiannya kepada ita, sang istri. Tujuannya tak lain, ingin membuat kejutan ….
Sementara, jauh di sana, Ita sangat terkejut. Betapa tidak, tiba-tiba, Ali dengan meletakkan telunjuk di bibirnya langsung saja mendekapnya dengan hangat. Ita tak sempat berpikir panjang karena libidonya langsung saja naik.
Bahkan dengan ganas ia mengulum bibir Ali dengan ganas sambil tangannya bergerak cepat mencopot kancing baju dan celana lelaki yang ada di depannya itu.
Di antara sadar dan tidak, Ita hanya bisa merasakan betapa kali ini Ali berbeda dengan biasanya. Lebih agak kasar. Namun pikiran itu langsung saja hilang berganti dengan desahan dan erangan kenikmatan ….
Bersamaan dengan itu, di pintu, terdengar ketukan ketukan dan suara uluk salam; “Assalamualaikum …”
“Waalaikumsalam,” terdengar suara Ibu Ita sambil melangkah ke arah pintu.
“Lha … kok sudah pulang?” Kembali terdengar suara Ibu.
“Iya … Bu, enggak jadi, karena mesinnya sudah bisa hidup normal lagi,” terdengar suara yang tak asing bagi telingannya. Suara Ali, sang suami.
Baca: Derita Pengabdi Pesugihan
Ketika kesadarannya mulai pulih, perlahan tapi pasti, lelaki yang tadi menggumulinya dengan ganas lenyap bak ditelan bumi.
Ita langsung berteriak; “Tolongggg!”
Semua menghambur ke kamar. Di tempat tidur, tampak tubuh Ita tergolek tanpa berbalut selembar benang pun. Melihat keadaan itu, Sauri langsung berinisiatif memanggil Ajengan Surya, sesepuh di kampung itu.
Tak lama kemudian, Ajengan Surya pun tiba. Tanpa melihat keadaan itu yang belum juga siuman, terdengar katanya lirih; “Tolong ambilkan air putih.
Ternyata, Ita diganggu oleh genderuwo yang kebetulan lewat. Beruntung, sang genderuwo belum sempat berbuat lebih jauh, dan semoga air ini dapat membuatnya sadar sekaligus pagar dirinya”.
Setelah membaca doa yang lumayan panjang, Ajengan Surya langsung memberikan gelas berisi air itu kepada Ali sambil berpesan; “Minumkan, sisanya balurkan ke seluruh tubuh istrimu. Jangan sampai ada yang terlewat”.
Benar … tak lama kemudian Ita pun tersadar. Ia langsung memeluk tubuh Ali erat-erat sambil menangis sesenggukan. “Aa maafkan Ita. Ita benar-benar khilaf”.
Ali pun mengangguk. Ia sadar, Ita tak mungkin dapat menolak apa yang baru saja terjadi karena sang genderuwo mampu mengubah dirinya persis sebagaimana Ali.
Sejak kejadian itu, Ali dan Ita berjanji dalam hati untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah agar peristiwa yang menyeramkan sekaligus memalukan itu tidak terjadi lagi.
Semoga.
Baca juga:
Pelet Wanita Kampung Laut
Dibekap Sosok Hitam Besar di Kontrakan
Hantu Wanita Penglaris Rumah Makan