Tubuh semampai berkulit kuning langsat dengan sepasang buah dada ranum menantang yang berdiri di hadapannya sambil tersenyum nakal, benar-benar membuat Harjo tak kuasa menahan gejolak syahwatnya ….
Oleh: Iman Kurniawan
Neomisteri – “Bu … aku ke kebun dulu”, demikian kata Pak Harjo sambil membanting pintu.
Bu Harjo hanya bisa tersenyum kecut. Penyesalan tampak menyemburat di wajahnya, maklum, ia tak dapat memberikan kehangatan dan kenikmatan ketika suami sedang sangat membutuhkannya.
Dua hari ini Pak Harjo terus saja uring-uringan. Entah kenapa, di usia yang sudah menginjak kepala empat, boleh dikata, hampir tiap malam ia selalu ingin ber-asyik maksyuk dengan sang istri. Tapi apa daya, Bu Harjo sedang kedatangan tamu rutin.
Sayup ia hanya mendengar teriakan istrinya; “Pak, jangan lupa Salat Isya …”.
Pak Harjo hanya menghembuskan napasnya kuat-kuat sambil terus melangkah. Ketika tiba di pinggiran kampung tepat di titian bambu ia berpapasan dengan Marni, janda bertubuh sintal dan berkulit kuning langsat.
“Eh … Kang Harjo”, sapanya.
“Eh Dik Marni,” sahut Pak Harjo sambil matanya menatap tajam ke arah pangkal buah dada Marni yang menyembul.
“Mau jaga kebun Kang?” Tanya Marni.
“Iya …, soalnya, minggu depan sudah mau panen”, jawab Pak Harjo sambil menatap Marni dengan pandangan nakal.
“Oo … semoga hasilnya memuaskan Kang. Tapi … dingin lho Kang”, ujar Marni sambil menatap langit yang sudah mulai mendung.
Pak Harjo menatap langit sambil bergumam, “Iya … kalau ada yang hem … pasti enak”.
“His … Kang Harjo”, kata Marni manja, “tapi jangan bilang-bilang Mbakyu ya … nanti aku teani dan bawakan jamu biar jos”.
“Benar …”, kata Pak Harjo harap-harap cemas.
Marni pun berjalan sambil menjauh sambil mengerlingkan matanya dengan genit.
Angan Pak Harjo langsung saja menerawang jauh. Ya … Marni adalah seorang janda muda yang beru setahun ditinggal suaminya karena kecelakaan kerja. Untuk menyambung hidupnya, Marni pun menjajakan jamu di desanya. Racikannya ternyata disukai banyak orang, khususnya para ibu, balita, gadis remaja, bahkan para bapak — mereka merasa pas dan puas atas hasil yang didapat setelah meminum jamu racikan Marni.
Sebenarnya banyak lelaki yang diam-diam menaruh hati padanya. Tapi apa daya, tak satu pun ada yang berhasil mendekati, maklum, Marni benar-benar sosok yang mampu menjaga kehormatannya. Walau begitu, tiap-tiap berkumpul, para kaum lelaki dengan tanpa sadar pasti akan mengatakan bahwa dirinya adalah pria beruntung jika dapat menyunting Marni.
Para kaum ibu bukan tidak tahu jika diam-diam suaminya menaruh hati pada Marni. Tapi mereka yakin, jika rutin meminum jamu racikan Marni, sudah pasti sang suami enggan berpaling dari dirinya. Ya … salah satu andalan jamu racikan Marni adalah sari rapat.
Waktu terus bergulir, Pak Harjo yang sejak tadi tiba di gubuknya terus saja melamun. Gaya Marni ketika menyatakan akan menemaninya tergambar jelas di depan matanya ….
Baru saja Pak Harjo selesai memeriksa ladang jagungnya, terdengar suara petir yang diiringi dengan gerimis. Pak Harjo pun menarik kain sarung dan merapatkan pintu gubuknya, lalu membaringkan tubuhnya di lantai yang hanya beralaskan tikar usang. Ia berusaha untuk memikirkan hasil panennya nanti, tapi, bayangan Marni malahan tampak semakin nyata.
Mendadak telinganya menangkap desir langkah lembut yang berhenti di depan pintu gubuknya. “Kang … Kang Harjo …”.
Sontak, Pak Harjo pun membuka pintu gubuknya sambil menggamit tubuh Martni untuk segera masuk. Sementara, Pak Harjo menyenter ke beberapa tempat untuk memastikan bahwa Marni tidak diikuti oleh orang lain. Seteloah dirasa aman, Pak Harjo segera mentup pintu gubuknya dan mengecilkan cahaya lampu tempel. Suasana pun berubah jadi romantis — Marni dengan lincah membuka termos yang dibawanya dan menuangkan isinya ke gelas dan mengangsurkannya kepada Pak Harjo.
“Diminum Kang”, katanya manja, “biar jos”, tambah Marni sambil mengerling dan menjatuhkan kepalanya di paha Pak Harjo.
Pak Harjo pun jadi lupa diri. Sesaat ia membelai rambut dan menyeruput ramuan yang dibuat oleh Marni. Entah siapa yang memulai, kini, bibir keduanya sudah saling pagut dan tangan mereka saling belai di tempat-tempat yang sensitif — sesekali keduanya menarik napas panjang dan kesempatan itu digunakan Pak Harjo untuk menenggak habis ramuannya.
Tak lagi hanya bibir dan jari-jari, kini, keduanya telah menyatu. Sekali ini Pak Harjo merasa bak seorang kstaria yang pilih tanding. Betapa tidak, belum sampai lima belas menit, Marni sudah berulangkali menggapai puncak kepuasan. “Ayo … Kang … bareng … aku sudah enggak kuat”, rengek Mari sambil menggigit kecil daun telinga Pak Harjo.
Rengekan itu membuat Pak Harjo makin bersemangat untuk menunjukkan kejantanannya. Hingga akhirnya, lahar yang selama ini terpendam itu pun membuncah keluar dibarengi dengan dengusan kepuasan Pak Harjo. Tak lama setelah itu, Pak Harjo pun tertidur kelelahan sambil mendekap tubuh sintal Marni ….
Ia terbanguin bersamaan dengan hembusan angin yang menerobos lewat bilik dan suara ingar orang memukul kaleng, kentongan dan teriakan; “Pergi … hus … hus … hus …!”
“Kang … Kang Harjo … ladangmu … ladangmu!”
Dengan lesu dan malas Pak Harjo pun keluar dari bilikmya. Hatinya langsung saja terkesiap, betapa tidak, tanaman jagung yang akan dipanen telah rata dengan tanah akibat dimangsa babi hutan. “Astaghfirullah …, ternyata, semalam aku terjebak oleh tipu daya setan”.
Sesal kemudian tidak berguna, demikian kata pepatah. Hal itulah yang dirasakan oleh Pak Harjo sambil menatap ladang jagungnya. Alih-alih mendapatkan Marni, yang ada, hasil panen yang bakal diraihnya pun musnah. Kang Ardi, sang adik ipar yang ladangnya berdekatan dan tadi membangunkannya hanya bisa membesarkan hatinya; “Sudah lah Kang, anggap ini sebagai peringatan agar kita semakin mendekatkan diri kepada Allah”.
“Sejak dulu para sesepuh kampung sudah mengingatkan, pemimpin kawanan babi yang ada di hutan dan gunung ini adalah siluman perempuan yang akan terus menggoda para petani agar anak buahnya dapat makanan”, tambahnya lagi.
Pak Harjo pun hanya dapat mengangguk lesu. Ia tak tahu, apa yang akan dikatakannya kepada sang istri dan anaknya yang sangat berharap hasil dari panen kali ini bisa membeli sepeda motor untuk keperluan sekolahnya.