Walau bertubuh sedang, namun, lelaki yang bertubuh kuning langsat dan berambut ikal serta memiliki mata nyalang itu sungguh benar-benar tangguh, sulit untuk dijebak, apalagi ditangkap ….
Oleh: Jaka Sampurna
Neomisteri – Kisah ini merupakan penuturan salah seorang lelaki paruh baya, yang akrab disapa Opa Yan kepada neomisteri semata-mata hanya untuk diambil hikmahnya. Jangan sekali-kali ditiru!
Opa Yan, pelaku peristiwa memaparkannya di suatu Minggu pagi, usai berolahraga di taman yang ada di tengah-tengah kompleks perumahan di bilangan Jakarta Timur, sambil menikmati hangatnya kopi dan sepiring goreng pisang dan mengawasi sang cucu yang asyik bersepeda ….
Rentang 1984. Kala itu, Yan harus terus berlari dan bersembunyi jika tidak ingin nyawanya melayang sebagaimana dua sahabatnya, Erick dan Bagong. Betapa tidak, PETRUS (Penembak Misterius, pen) terus beraksi membersihkan GALI yang saat itu sudah sangat meresahkan masyarakat.
Tiap detik, matanya nyalang mengawasi keadaan sekitarnya, sementara, otaknya terus berputar untuk mencari jalan agar dirinya dapat terhindar dari PETRUS yang dirasa terus saja membayang-bayangi dirinya. Tapi apa daya, kepanikan yang tak terhingga telah membuatnya tidak dapat berpikir dengan jernih.
Hingga pada suatu hari, ketika melihat ada sepasang kekasih berjalan dengan mesra di depannya, hatinya langsung tercekat. Ia langsung teringat peristiwa dua tahun silam. Malam itu, ia dengan kasar mengusir Sri, wanita yang selama ini menemaninya dalam suka dan duka walau tanpa ikatan pernikahan.
“Ah… Ya, aku akan menemuinya dan meminta maaf serta bertobat. Semoga Sri masih hidup sendiri,” demikian bisiknya dalam hati.
Setelah hatinya bulat, ia pun langsung mencari akal untuk bisa sampai ke kampung halaman Sri yang letaknya di salah satu lereng gunung di tengah-tengah Jawa Timur.
Pada hari kelima, tepat lepas Isya, Yan sudah sampai di rumah Sri. Seisi rumah, terutama Sri sangat terkejut. Maklum, ia tahu tepat, Yan pasti sedang diburu oleh Tim PETRUS.
Setelah sejenak berbasa-basi dan Yan menyatakan akan tobat, Sri dan keluarganya bersedia menerima dirinya apa adanya. Malam itu juga, dengan alasan sudah lama berlayar dan tidak memberi kabar, lewat salah satu pengurus masjid, keluarga sepakat menikahkan Yan dengan Sri.
Maklum … ketika menjadi hostes dan dapat mengirim sejumlah uang ke kampung halamannya, Sri selalu bercerita bahwa suaminya adalah salah seorang ABK dan sedang berlayar ke luar negeri.
Malam itu, Yan dan Sri kembali mereguk manisnya madu cinta ….
Paginya, seperti biasa, Yan membantu pekerjaan mertuanya di ladang. Ia terus saja mengayunkan cangkul untuk memperluas areal ladang yang akan ditanami cabai. Ia hanya berhenti untuk mendirikan salat Dzuhur kemudian pulang untuk makan dan usai mendirikan salat Ashar, ia kembali ke ladang untuk menyirami tanaman.
Tidak sampai sebulan, ketenangan dusun mulai terusik. Tiap hari, para pegawai kelurahan dengan didampingi BINMAS dan BABINSA mendatangi rumah-rumah untuk melakukan pendataan ulang kepada penduduk. Yan mulai gelisah. Ia yakin, sekali ini tak mungkin bisa meloloskan diri lagi.
Ketika para petugas datang, Yan masih bekerja di ladang. Dengan sepenuh hati, ia menjeritkan permohonan kepada Allah agar dirinya diberi keselamatan dengan terus membaca; “Waja-‘alnaa min baini aidiihim saddan wa min khalfihim saddan fa aghsyainaahum fahum laa yubshiruun,” tanpa putus.
Hasilnya sungguh menakjubkan, para petugas lewat bahkan memberikan lambaian tangan kepada Yan yang terus menatap kepergian mereka sampai hilang dari pandangannya.
Sejak itu, tiap malam, Yan lebih banyak berada di rumah Pak Latief, ustadz di dusun itu untuk belajar dan mendalami ilmu agama.
Ketika ia menceritakan kekelaman masa lalunya, Ustadz Latief hanya berkata; “Lupakan dan tutup. Buka lembaran baru dan yakini, Allah pasti akan memberikan jalan yang terbaik bagi hamba-hambanya yang bertobat.”
“Ustadz, apakah tobat saya diterima?” Tanya Yan dengan pasrah.
“Serahkan semua kepada-Nya. Kita cukup menjalankan perintah dan menjauhi segaloa larangan-Nya”, jawab Ustadz Latief sambil tersenyum.
“Dan itu merupakan bukti betapa Al Quran dijaga oleh Allah. Mas yang membacanya dengan khusyuk ditambah dengan janji ingin tobat, membuat-Nya menurunkan hidayah. Saya hanya bisa berharap dan berdoa, Mas Yan mampu menjaga hidayah itu sepanjang hidup”, demikian pesan Ustadz Latief.
Yan hanya bisa mendengarkan sambil menangis menyesali segala perbuatannya ….
Ternyata, tak hanya sekali, beberapa kali petugas kelurahan dengan didampingi BINMAS dan BABINSA serta beberapa orang berpakaian preman mendatangi dusun itu. Namun, Yan tetap saja tak tersentuh. Penduduk dusun yang ditanya juga memberikan jawaban yang sama; “Mas Yan adalah suaminya Sri dan sudah malas berlayar. Mereka ingin segera punya momongan, makanya, Mas Yan mau bekerja di ladang mertuanya agar segera dapat momongan”.
Walau keadaan sudah tenang, namun, perasaan was-was tetap saja menghantui Yan. Perasaan berdosa telah menghukum jiwanya ….
Singkat kata, ketika Taufik, putra semata wayangnya pindah ke Jakarta, barulah Yan dan Sri kembali menginjakkan kakinya ke ibukota. Semuanya telah berubah, bahkan, Yan dan Sri diam-diam pernah mencoba napak tilas tempat mereka dulu bekerja dan mukim. Sayangnya, tempat-tempat itu telah berubah menjadi gedung pencakar langit atau taman kota.
Keduanya sepakat untuk tidak menceritakan kekelaman masa lalunya kepada Taufik, agar sang anak tidak terguncang jiwanya ….