Kegelisahan karena belum ada seorang pun yang membeli dagangannya, maka, ia pun nekat mendatangi sekumpulan pemuda yang tengah duduk-duduk di gardu di sudut jalan yang terkenal angker itu ….
oleh: Opik Suaeb
Neomisteri – Peristiwa yang mulanya dirasa teramat menjengkelkan sekaligus menakutkan itu menimpa Mas Ruri pedagang keliling mie tek-tek di bilangan Jakarta Pusat. Sengaja neomisteri tidak mengungkapkan detail lokasi, agar tidak mengganggu perasaan warga yang tinggal di sekitar lokasi.
Air kali yang berwarna hitam dan prraktis tidak mengalir itu menguarkan bau yang tidak sedap. Namun, hal itu tak mengganggu warga sekitar yang memang sudah berbilang tahun mukim di sana. Di sudut jalan tepatnya di bawah pohon pulai (Alstonia scholaris-red) yang lumayan besar dan tinggi itu terdapat sebuah gardu yang biasa dipakai oleh masyarakat sekadar berkumpul untuk melepaskan penat karena seharian bekerja.
Baca juga: 5 Tanda Rumah Makan Pakai Jin Pelaris Dagangan
Biasanya, mereka kumpul sampai larut bahkan tak jarang hingga mentari terbit. Oleh karena itu, jangan kaget jika banyak pedagang keliling yang ikut meramaikan suasana sekadar untuk mengais rezeki, salah satunya adalah pedagang keliling asal Tegal yang biasa menjajakan mie tek-tek. Keterampilannya dalam mengolah masakan serta rasanya yang enak, membuat ia langsung akrab dengan para penduduk setempat.
Namun, tiap malam Jum’at atau Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon gardu itu pasti sepi. Maklum, pohon pulai yang berdiri tepat di samping gardu terkenal angker karena berpenunggu makhluk tak kasat mata yang menurut Kang Acep, lelaki paruh baya yang dianggap tetua di antara mereka, penunggu gaib pohon pulai itu adalah sosok tinggi besar dengan badan berbulu, mata merah dan memiliki sepasang taring yang teramat tajam.
“Karena penunggunya jagoan, jadi jangan heran kalo malem Jumat apalagi Jumat Kliwon ama Selasa Kliwon tempat ini jadi rame. Dari beberapa tempat pada ngumpul di mari”, ujarnya ketika ditemui neomisteri baru-baru ini.
Baca juga: Dibonceng Hantu Saat Naik Motor Sendirian di Malam Hari
“Nyang lucu tapi serem dialamin ama Mas Ruri. Pedagang keliling mie tek-tek, sekitar Desember kalo enggak salah taun 2010”, sambungnya.
Setelah mempersilakan neomisteri menyesap kopi serta mencicipi hidangan ala kadarnya, Kang Acep pun menyalakan rokok dan kembali melanjutkan ceritanya.
Mas Ruri lupa jika malam itu Jumat Kliwon. Tak seperti biasanya, sampai menjelang pukul 23.00 dagangannya masih saja menggunung. Maklum, selain tanggal tua, sejak siang, hujan terus saja mengguyur tak ada henti. Akhirnya, dengan perasaan tak menentu, Mas Ruri pun mendorong gerobaknya ke tempat biasanya dia mangkal untuk menghabiskan dagangannya.
Baca juga: Bikin Merinding, Cerita Mahasiswi Tinggal di Kostan Berhantu di Malang
Dari kejauhan ia melihat ada sekumpulan anak muda sedang duduk di gardu sambil membanting kartu domino (gaple-red), sementara, ada juga yang sedang duduk di atas motor sambil memetik gitar dan menyanyi dan sekelompok lagi asyik menikmati anggur merah, minuman murah meriah yang memabukkan.
Melihat kedatangan Ruri, yang memegang gitar pun langsung saja berkata dengan setengah berteriak; “Cepetan Mas Ruri, gua udah laper. Bikinin nasi goreng telornya dua. Satu campur, satunya ceplok”.
Ruri dengan semangat mendorong gerobaknya dan langsung membuat pesanannya. Tak lama kemudian, ia sudah menyerahkan nasi goreng istimewa buatannya. Walau sedikit kewalahan karena semuanya memesan dan meminta dilayani secepatnya, namun, Ruri benar-benar gembira. Ia tak menyangka jika dagangannya bakal ludes dalam waktu singkat.
Setelah semuanya membayar, Ruri pun pulang. Setelah membenahi dan mencuci segala peralatannya, ia pun tidur. Siang itu, sekitar pukul 11.00 ia terbangun untuk mandi, berbelanja dan menyiapkan segala sesuatunya untuk dagang malam nanti.
Baca juga: Cerita Seram Mahasiswa Melihat Banyak Penampakan di Bumi Perkemahan
Ketika akan mandi, Ruri menyempatkan diri untuk menghitung penghasilannya semalam. Hatinya sontak tercekat dan pandangannya pun nanar … maklum, yang ada di tangannya hanyalah beberapa lembar uang sepuluh dan dua puluh ribuan, sementara, lainnya adalah daun kering.
“Ya … Rabb … cobaan apakah yang Engkau berikan kepada hamba?!” Demikian katanya sambil menangis sesenggukan sehingga menarik perhatian beberapa teman yang tinggal bersamanya.
Melihat itu, Darno, Gito, Kisna dan Totok langsung saja mendekat dan berusaha menenangkan. Ruri pun menceritakan apa adanya. Akhirnya, Darno pun menyarankan agar Ruri segera kembali ke tempat semalam untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Ruri pun langusng mendatangi rumah Kang Acep. Setelah mendengar keterangan dari Ruri, Kang Acep pun langsung menjawab; “Yah … ente kena dikerjain. Semalem kan Jumat Kliwon, biasanya kan ente enggak dagang di mari”.
Baca juga: Pengalaman Diintip di Kamar Mandi Hingga Dipeluk Sosok Ghaib Saat Tidur
Ruri terkejut dan baru tersadar … ia berdagang di malam yang dikeramatkan ….
Sebelum pulang, Kang Acep berpesan; “Jangan nyesel, simpen baek-baek itu daon. Mudah-mudahan ada manpaatnya. Biasanye, selama empat pulu ampe seratus ari dagangan ente bakal laku keras”.
“Nah … jangan lupa, keluarin zakat sekalian infaknya. Moga Mas Ruri tambah subur rejekinya dan diberikan kesehatan dari Alloh”, pungkasnya.
Baca juga: Ngeri, Rumah Makan Laris Pakai Pesugihan Ludah Pocong
Ternyata apa yang dikatakan Kang Acep benar-benar terjadi. Beberapa hari belakangan, dagangan Ruri laku keras. Ia pulang ke rumah lebih dahulu ketimbang teman-temannya yang lain sambil membawa keuntungan yang berlipat dari biasanya. Ia hanya bisa melakukan sujud syukur. Hatinya pun berbisik; “Ternyata doa ingin membantu mencarikan modal buat Bapak dan Simbok bertani di kampung, dijawab oleh Allah SWT”.