Uang Gaib

Sampai sekarang ia bahkan tak pernah mampu menjelaskan, siapa gerangan pasangan suami istri yang membantu menyelesaikan pembayaran kelahiran anaknya ….
o
leh: Tim Redaksi

 

Neomisteri – Urip, demikian sapaan akrab lelaki itu benar-benar punya kisah misteri yang sampai sekarang ia sendiri tak pernah mampu menjawabnya. Betapa tidak, ia yang dalam kesehariannya hanya petugas cleaning service di salah satu perkantoran di Jakarta Timur — bersamaan dengan merebaknya COVID-19 — ia pun harus terkena imbasnya. Ya … Urip merupakan salah satu yang terkena perampingan pegawai.

Urip begitu terpukul, alih-alih mendapatkan pinjaman, uang tali asih pun tak ia dapatkan. Padahal, seminggu lagi, ia harus menyambut kedatangan sang buah cintanya yang pertama. Tak ada keberanian ia untuk menceritakan apa yang baru siang tadi dialami kepada istrinya, takut, Aisyah, demikian sapaan akrab sang istri menjadi syok dan berakibat buruk bagi kandungannya.

Malamnya, Urip tetap berlaku seperti biasa. Paginya, seperti biasa, Urip tetap keluar rumah seolah-olah bekerja. Padahal, begitu sampai di terminal Kampung Rambutan, pikiraannya pun kembali kalut. Ia menimbang-nimbang apa yang harus dilakukan agar bisa mendapatkan uang untuk menutup kebutuhan sehari-hari — syukur jika ada yang bersedia memberikan pinjaman untuk biaya kelahiran putranya nanti.

Pada hari ketiga, Jumat, entah kenapa Urip langsung saja naik bus yang kebetulan melintas di depannya. Ia langsung duduk dan diam. Ia bahkan tak mendengar kondektur yang meneriakan arah tujuan bus tersebut. Yang pasti, entah di daerah mana ia pun turun dan langsung naik angkot yang ada di seberang jalan. Ia hanya tahu angkot yang dinaikinya menembus lebatnya pepohonan. Ia berhenti di tepi jalan di antara tanaman teh yang tumbuh dengan subur. Ia berjalan dalam gelap. Ia terkejut ketika HP-nya berbunyi. WA dari istri yang menanyakan keberadaannya. Dengan sekenanya, ia pun membalas; “Jangan ganggu dulu Aa sedang lembur cari tambahan. Doain ya …”.

Ilustrasi asap
Ilustrasi asap

Urip terus saja melangkahkan kakinya. Tak ada tujuan pasti, ia hanya bertekad untuk terus berjalan hingga sampai di pertigaan jalan — dan Urip langsung saja belok ke arah kanan. Perjalanan mulai mendaki dan berbatu, ia terus mengayunkan langkahnya. Tujuannya satu, kerlip lampu di kejauhan. Entah berapa lama ia berjalan, yang pasti, Urip sampai dan kehabisan tenaga tepat di depan pintu rumah batu sebagaimana bangunan yang biasa ditempati oleh pejabat perkebunan.

Lamat-lamat ia hanya mendengar kata-kata dalam bahasa Sunda … sudah itu pandangannya pun gelap. Ketika terjaga, ia sudah berbaring di kamar yang bersih dan di dekatnya tampak seorang wanita paruh baya berwajah anggun dan bersuara lembut. Khas wajah menak Pasundan. Sementara, Urip merasa bahwa ia memakai piama lengkap berwarna putih.

“Pakaianmu kotor, sedang dicuci … sekarang ayo kita makan. Sudah ditunggu”, ujar wanita paruh baya itu dengan bahasa Sunda.

Urip bak kerbau dicocok hidung. Ia menurut dan berjalan ke ruang makan. Di sana tampak seorang lelaki paruh baya yang berwibawa namun memiliki tatapan yang teduh. Ia langsung menyantap makanan yang terhidang dengan lahap, usai itu, mereka pun menuju ke ruang tengah untuk minum kopi sambil berbincang.

Ketika ditanyakan maksud dan tujuan, Urip pun menceritakan apa yang tengah dialaminya sambil menangis sesenggukan. Lepas itu, tampak sang wanita paruh baya itu masuk ke kamar dan keluar dengan membawa bungkusan. Selanjutnya, wanita paruh baya itu menyerahkan bungkusan sambil berkata; “Terima ini … semoga bisa membantu”.

“Sekarang cepat ganti pakaian dan pulang”, imbuh lelaki paruh baya itu, “Aisyah sudah menunggumu. Jangan mampir-mampir …”, pungkasnya menegaskan.

Bersamaan dengan Urip selesai mengganti pakaiannya, keajaiban pun terjadi!

Ia sudah berdiri di depan gang yang menuju ke arah rumahnya. Soleh, tukang ojeg yang juga tetangganya langsung berteriak; “Kang Urip baru balik … lembur sampe tiga hari. Pasti banyak dapet duit ya …”.

Urip terdiam dan langsung duduk di boncengan. Hatinya bertanya-tanya, “Aku pergi tiga hari. Kasihan Aisyah …”.

Sesampainya di rumah, Urip langsung membayar ojeg dan masuk ke rumahnya. Di dalam Aisyah sedang merintih menahan sakit, Urip langsung mendekayti dan berkata; “Ayo kita ke Bidan”.

Singkat kata, setelah lahir si jabang bayi lelaki, Urip pun teringat akan bungkusan yang dibawanya. Ketika dibuka, hatinya tercekat. Betapa tidak, di dalam bungkusan tersebut terdapat tiga gepok uang ratusan ribu yang masih baru.

Urip langsung sujud syukur. Ia tak pernah menyangka mendapatkan pertolongan dari Allah lewat hal yang demikian muskil, apalagi, ia merasa dirinya bukan ahli ibadah. Ketika pulang ke rumah, Urip hanya bermimpi didatangi oleh lelaki dan wanita paruh baya yang pernah dijumpainya. Keduanya hanya berpesan; “Rawat anakmu baik-baik, beri bekal ilmu agama sejak kecil … dan tetap menjadi manusia yang jujur dan apa adanya. Semoga hidup kalian berkah lahir batin”.

Lalu, siapakah gerangan sosok yang membantunya. Urip tak pernah mampu menjawabnya ….

artikel terkait

Apa komentarmu?

Artikel Terbaru

ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Skotlandia Catat 47 Penampakan UFO selama 2021

Angka yang dirilis oleh organisasi penelitian UFO Inggris ini telah mengungkapkan peningkatan penampakan UFO dibanding dari tahun-tahun sebelumnya.   Neomisteri - Menjadi 'rumah' bagi legenda monster...

Kisah Heroik Seorang Ibu Hadapi Macan Tutul Demi Selamatkan Anaknya

Dengan penuh keberanian, Kiran mengejar macan tutul tersebut. Selanjutnya, tanpa takut akan nyawanya, Kiran bergumul dengan macan tutul itu demi menyelamatkan anaknya. Dia kemudian...

Karma Ilmu Pelet

Artikel Terpopuler