Bagi kaum muslimin, buah dari kesalehan seseorang, baik saleh pribadi atau saleh sosial, maka, dirinya akan mampu membuat kejadian luar biasa dan di luar nalar manusia pada umumnya ….
Oleh: Jaka Priatna
Neomisteri – Tak dapat dipungkiri, Kyai Idris Kamali Tebu Ireng yang merupakan salah satu menantu dari Kyai Hasyim Asy’ari adalah sosok yang memiliki karomah.
Betapa tidak, sejak menjadi santri, ia merupakan salah satu yang terpilih masuk ke dalam kelas musyawarah — satu kelas khusus yang santrinya merupakan pilihan langsung dari Kyai Hasyim Asy’ari. Dengan kata lain, tidak semua santri yang mondok di Tebu Ireng dapat masuk ke kelas yang satu ini.
Selain kecerdasan akademik, potensi kepemimpinan dan keluhuran budi juga menjadi ukuran untuk bisa masuk ke kelas musyawarah. Oleh sebab itu, kala itu, hanya dua puluh santri saja yang terpilih dan dikemudian hari, para santri dari kelas ini, menjadi pendiri pondik pesantren di Tanah Jawa. Di antaranya, Kyai Chudlori, pendiri Asrama Pelajar Islam, Tegal Rejo, Magelang, pendiri Pondok Pesantren Ploso, Kediri, dan pendiri Pondoik Pesantren Blokagung.
Kecerdasan, kesantunan dan keluhuruan budinya membuat ia dinikahkan oleh salah seorang putri Kyai Hasyim Asy’ari. Nyai Azzah. Namun, pada rentang 1930-an, sang istri meninggal dunia. Sepeninggal sang istri, Kyai Idris demikian sapaan akrabnya yang memang lebih memilih untuk mengabdiklan dirinya sebagai tenaga pengajar di Pesantren Tebu Ireng dengan mengampu Ilmu Gramatika bahasa Arab (syarah Ibnu Aqil, mantiq dan lain-lain), memutuskan untuk tidak menikah lagi dan tinggal di sebuah kamar ukuran 4 x 5 meter di sebelah masjid
Jika mengajar di Tebu Ireng, Kyai Idris lebih memilih untuk mengajar di masjid, walau pihak yayasan menyediakan ruangan kelas. Sebagaimana ia memulai, isi kelas yang diasuh Kyai Idris juga merupakan santri-santri pilihan.
Sebagaimana biasa, setelah dilakukan tes yang cukup ketat dan berat, jika lulus, maka, seluruh biaya santri tersebut selama di pondok akan ditanggung penuh olehnya.Sudah barang tentu, jumlah santri yang masuk dalam kelas tersebut dapat dihitung dengan jari.
Kala itu, di bilangan Jombang bahkan sampai kemana-mana, Kyai Idris dikenal sebagai sosok yang welas asih dan suka menolong sesama. Boleh dikata, jika ada orang datang dan meminta tolong kepadanya, termasuk meminjam, uang, maka, ia dengan cepat menanggapi dan membantunya. Anehnya, setiap ada yang meminjam uang, Kyai Idris selalu mengambil dari balik kasurnya.
Kejadian ini membuat banyak orang jadi bertanya-tanya dalam hati ….
Pernah pada suatu hari, karena penasaran yang teramat sangat, Tolchah Hasan, salah seorang santrinya yang kelak menjadi Menteri Agama RI pada Kabinet Persatuan Nasional — kala itu, ia diminta untuk membersihkan kamar Kyai Idris.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, demikian bisik hatinya. Ini merupakan kesempatan untuk mencari tahu berapa banyak uang yang disimpan di balik kasur oleh Kyai Idris.
Namun apa yang terjadi, Tolchah Hasan tak menemukan uang barang sepeser pun. Tak ada celengan apalagi tabungan yang diketemukan, hingga ia berkesimpulan; “Jika Kyai Idris membutuhkan uang pasti ada”.
Sehingga tak heran, Kyai Idris dikenal sebagai Kyai yang tidak pernah kehabisan uang.
—————————
Dari berbagai sumber terpilih