asd

Tumbal Pesugihan Celeng Kresek

Pertemuanku dengan Tono memaksaku harus menelan buah simalakama, dimakan kedua anakku bakal jadi tumbal … jika ditolak aku bakal tetap bergabung dengan OJOL di tengah kerasnya kehidupan di Jakarta ….
oleh: Sarif Utomo

 

Neomisteri – Pandemi COVID 19 ternyata membuat semua jadi berubah. Betapa tidak, aku yang semula bekerja di salah satu Departemen Store ternyata harus dirumahkan akibat dari sepinya pembeli sehingga berdampak pada pengurangan tenaga kerja. Tak hanya aku, beberapa lainnya juga mengalami hal yang sebenarnya sangat tidak dikehendaki.

Berbekal uang pesangon, aku, Inah dan kedua buah hatiku, Bimo (4 tahun) dan Ario (1.5 tahun) mencoba tetap bertahan di tengah kerasnya hidup dan kehidupan Jakarta. Beberapa tetangga yang juga mengalami hal serupa terus memberi semangat agar aku tak putus asa — hingga akhirnya, aku pun dapat kembali berusaha dengan bergabung menjadi OJOL. Berbekal cerita dari beberapa teman yang sudah berpengalaman, maka, mereka menyarankan agar aku tak hanya berkutat pada penumpang, tapi, juga melayani Go Food. 

Alhasil, jika pandai mengatur waktu dan tenaga, untuk kebutuhan sehari-hari sejatinya dapat terpenuhi. Bahkan keinginan untuk kembali bekerja sebagaimana semula, perlahan namun pasti, mulai memudar. Hanya saja, Inah kadang suka mengingatkan untuk tidak bosan mencari lowongan pekerjaan yang lebih pantas dengan alasan agar ilmu yang didapat di bangku kuliah tidak sia-sia.

Aku hanya mengiakan walau sadar, tanpa ada yang membawa, dalam siatuasi seperti ini sangat tidak mungkin kita dapat bekerja sesuai dengan keinginan.

Waktu terus berlalu, tanpa terasa, aku bergabung dalam OJOL sudah menginjak bulan kelima. Hingga pada suatu hari, aku merasa mendapatkan durian runtuh — maklum, hari itu ada pesanan nasi kebuli sebanyak sembilan puluh porsi. Singkat kata, ketika aku mengantarkan nasi kebuli ke sebuah rumah yang amat besar dan mewah di pinggiran Jakarta Selatan, sang pemilik rumah terkejut dan berkata dengan setengah berteriak; “Ayip … Ayip ya?”

“Tono …?” Sahutku sambil berjalan menuju si pemilik rumah.

“Ah … sudah-sudah biar diangkat sama anak-anak”, katanya samhil memelukku serta memerintahkan beberapa orang pegawainya untuk mengangkat nasi kebuli dan membawanya masuk ke dalam rumah.

“Ayo masuk … biasa, tiap bulan, aku pasti mengundang warga sekitar terutama anak-anak yatim kumpul dan berdoa. Ya … bagi-bagi rezeki”, kilah Tono sambil membawaku ke beranda yang ada di samping rumahnya.

“Yah … beginilah keadaanku”, lanjutnya setelah memperkenalkan Tuti, sekretarisnya. 

Tono bercerita ia membangun usaha dari pemulung, hingga pengepul dan akhirnya besar dan bahkan kini punya pabrik di bilangan Karawang. Tapi belakangan, ia seolah terkena musibah beruntun. Tiap tahun, mulai dari kematian istri, kemudian disusul oleh kedua anaknya. Untuk menghibur kesedihan agar tidak berlarut-larut, maka, tiap akhir bulan ia berinisiatif mengundang anak-anak di sekitar rumahnya untuk berkumpul.

Selain berdoa dan makan bersama, Tono tak lupa memberikan hadiah berupa alat-alat sekolah bahkan terkadang uang.

Sejak itu, karena di kampung mereka berteman sejak kecil, alhasil, keduanya makin sering bertemu. Bahkan, sebagaimana saran Tuti, Tono juga tak segan-segan meminta pendapat sahabatnya untuk mengembangkan usahanya. Maklum, Tono yang menyantumkan gelar di depan namanya, sebetulnya, hanya mengenyam pendidikan sampai SMP saja. 

Hingga pada suatu malam, Tono sengaja mengundangku untuk memecahkan masalah yang menurutnya amat serius. Sejam sudah aku bersamanya, namun, Tono tak juga mengatakan masalah serius yang sedang dihadapinya. Kami lebih banyak menceritakan pengalaman ketika kecil di kampung. Karena tak ada pembicaraan yang khusus dan waktu telah malam, aku pun pamit. Dan ketika itu, Tono bercerita lirih sambil memelukku; “Sebenarnya aku lagi panik. Mungkin sebentar lagi aku atau istriku yang diambil. Tolong bantu jaga dan kembangkan perusahaanku …”.

Ilustrasi asap

“Maksudnya?” Tanyaku tak mengerti.

Dengan terputus-putus Tono menceritakan bahwa ia mendatangi suatu tempat untuk bersekutu dengan penguasa alam kegelapan; Celeng Kresek. Dua anaknya telah menjadi penebus (tumbal-red). Entah berapa lama lagi, karena tak ada lagi yang ditumbalkan, maka, ia harus bersedia menanggung segala risikonya. Mendengar itu, aku hanya bisa menarik napas panjang dan berpesan; “Aku enggak bisa bantu Ton. Serahkan perusahaanmu pada orang lain atau biarkan saja sampai bangkrut sendiri”.

“Pesan terakhirku, bertobatlah segera mumpung masih ada waktu. Semoga Allah … mau mengampunimu. Selain itu, jual semua harta dan hasilnya bagikan kepada seluruh karyawan yang telah membantumu dan minta mereka untuk beristirahat di kampungnya masing-masing sampai ada panggilan untuk bekerja lagi”, sambungku.

“Aku enggak nyangka, Tono teman kecil sampai mampu berbuat nekat dan sekeji itu”, gumamku sambil berjalan untuk mengambil motor yanbg terparkir di dekat Pos SATPAM.

Tono hanya bisa menatapku sambil menangis sesenggukkan. Semua bahkan seisi rumah hanya menatap kepergianku dengan pandangan penuh tanya. 

Sebulan setelah itu, tengah malam, aku mendengar kabar rumah Yono yang megah itu ludes dilalap si jago merah. Bergegas aku mendatangi untuk mengetahui nasib Tono. Dari salah seorang yang turut membantu memadamkan, aku mendengar cerita; “Lima hari lalu, Bos Tono melelang seluruh isi rumah dan membagikan uangnya kepada seluruh karyawannya. Sudah itu Bos Tono minta mereka semua pulang kampung dan banyak ibadah. Dia tidak mau ditemani. Kelihatannya, Bos Tono sangat terpukul dengan kematian keluarganya yang beruntun”.

Aku hanya bisa mengangguk-angguk.

Di rumah, ketika semua kejadian kuceritakan pada Inah, ia pun berkata; “Kasihan Mas Tono, ia jadi tumbal pesugihannya sendiri. Beruntung, kita keberatan ia mengasuh Bimo dan Ario”.

Aku pun menitikkan air mata. Beruntung, aku punya Inah, walau wanita desa, namun ia adalah istri sekaligus ibu dari dua anakku yang sangat peduli. Ia tak banyak menuntut suami untuk hidup bergelimang harta. Apalagi yang didapat dengan cara yang tidak terpuji ….

artikel terkait

Apa komentarmu?

Artikel Terbaru

ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Legenda Hantu Wanita yang Kerap Menteror Toilet Sekolah di Afrika

Ada beberapa cerita yang menceritakan asal-usul Madam Koi Koi. Di Nigeria, salah satu legenda mengatakan dia adalah seorang guru di sekolah menengah yang terkenal...

Mengintip Rumah Berhantu Bekas Milik Nicolas Cage

Cerita seram rumah berhantu LaLaurie Mansion berawal dari keluarga LaLaurie sadis yang pernah tinggal di rumah itu sekitar tahun 1830. Mereka diketahui kerap menyiksa...

Artikel Terpopuler