asd

Kerajaan Gaib Klampis Ireng

Walau terletak di tengah kota, namun, areal yang diyakini sebagai kerajaan gaib yang dipimpin oleh Kyai Semar, sosok pamong bagi para kstaria Tanah Jawa (baca: Nusantara) masih sering didatangi banyak orang untuk pelbagai keperluan ….
oleh: Burhanuddin

 

Neomisteri – Desa Gandu Kepuh, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, ternyata tak hanya dikenal oleh masyarakat sekitar, buktinya, tempat yang satu ini begitu dikenal bahkan akrab di telinga dan menjadi buah bibir orang-orang tua yang menggemari olah spiritual Jawa.

Ya … bagi para penghayat kepercayaan, Klampis Ireng, adalah merupakan kerajaan gaib dengan rajanya Kyai Semar — sosok yang sampai sekarang diyakini merupakan penasihat spiritual atau yang lebih dikenal sebagai pamong bagi para pemimpin di Tanah Jawa. Tak cukup sampai di situ, kebanyakan bahkan meyakini jika Kyai Semar sudah mulai mendidik para calon pemimpin itu sejak mereka mulai beranjak dewasa.

Baca: Nyaris Jadi Tumbal Pesugihan

Terlepas dengan yang dipaparkan di atas, yang pasti, Kyai Semar adalah sosok yang benar-benar misterius. Ada yang bilang ada, namun tak jarang banyak pula yang meragukannya. Yang terakhir beranggapan bahwa Kyai Semar hanya ada di dalam cerita wayang purwa, tidak di kehidupan nyata.

Sekali ini, neomisteri (Samsul, Arief dan Dono) sengaja melakukan perjalanan ke Ponorogo untuk melihat dari dekat keberadaan Keraton Gaib Klampis Ireng. Setibanya di lokasi, setelah memarkir mobil di tempat yang telah ditentukan, mereka pun berdoa sejenak dan uluk salam sebelum melangkahkan kaki menapaki jalan setapak yang tak seberapa lebar menuju ke petilasan yang dikelilingi dengan pepohonan yang rindang — di pintu gerbang petilasan, tampak berdiri dua Patung Semar bercat hitam seolah menyambut siapa pun yang datang ke tempat itu.

Arief yang memang indigo memberikan kode kepada dua temannya bahwa mereka diterima dengan baik oleh salah satu kepercayaan, tepatnya pengawal Kyai Semar.

“Selamat datang Andika semua”, ujar lelaki berwajah teduh dengan rambut dan janggut berwarna putih keperakan dengan penuh wibawa dalam bahasa Jawa halus.

Baca: 5 Legenda Hantu Toilet Mengerikan di Jepang

Arief pun menjawab dan menyatakan maksud kedatangannya. Sementara itu, ketiganya terus saja melangkah menuju ke tengah-tengah areal berbentuk lingkaran sementara di tengahnya terdapat juga lingkaran agak kecil yang diyakini pernah menjadi tempat tumbuh Pohon Klampis — bukan tidak mungkin, dari situlah nama Klampis Ireng berasal.

Mendadak Arief memberikan isyarat agar kedua sahabatnya berhenti dan duduk tak jauh dari lingkaran kecil yang ada di tengah-tengah areal tersebut. Arief tampak menunduk dalam sementara mulutnya terus bergerak seolah sedang berdialog, sementara, tangannya terus menulis dan menunjukkan buku yang tadi sengaja dibawanya kepada kedua sahabatnya. Di buku tertulis pertanyaan Arief kenapa Kyai Semar mempunyai banyak petilasan?

Kerajaan Gaib Klampis Ireng

Jawaban dari sosok gaib yang mengaku bernama Ki Jagabaya tertulis; “Kyai Semar adalah sosok yang memang mendapatkan tugas untuk mengasuh para kstaria Tanah Jawa, oleh sebab itu, boleh dikata, beliau mempunyai petilasan di seluruh Tanah Jawa (baca: Nusantara). Salah satunya adalah Jambe Pitu di Cilacap”.

Sebenarnya apa yang diajarkan oleh Kyai Semar kepada para kstaria tersebut — jawabannya luar biasa; “Kembali kepada jati diri, kemudian berpikir, berkata dan berbuat baik, serta, baru berhak menggunakan gelar raden jika orang tersebut telah mampu menjadi pengayom serta budak dari yang diayominya”.

Baca: Misteri Alunan Gamelan, Tangisan dan Pintu Gerbang Gaib

Sesaat kami terdiam. Angan pun menerawang jauh, kami teringat akan kejayaan kerajaan yang berdiri jauh sebelum Wali Songo melakukan syiar Islam di Nusantara. Angin bertiup lembut seolah menghantarkan wewangian sehingga membuat suasana dan nuansa Klampis Ireng terasa disungkupi oleh nuansa mistik yang demikian pekat. Ketika Arief menanyakan kenapa banyak orang mendatangi Keraton Klampis Ireng.

Ki Jagabaya menjawab; “Sebab Kyai Semar sosok yang bijaksana, beliau selalu dapat memberikan jalan keluar yang simpel dan jitu dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti. Selain itu, Klampis Ireng dipilih banyak orang karena keraton ini lebih tua ketimbang Keraton Wengker”.

“Itulah sebabnya, kenapa Keraton Klampis Ireng menjadi tujuan utama bagi orang-orang tertentu untuk berbagai maksud dan tujuan”, imbuhnya sambil mengantarkan kami keluar.

Arief tampak menunduk dalam seolah memberikan hormat kepada Ki Jagabaya, kami pun mengikutinya. Di tempat parkir, kami menjumpai seorang lelaki mengaku bernama Mas Didi (35 tahun) yang berasal dari Blitar dan mengaku acap sowan ke petilasan tersebut. Menurutnya, “Klampis Ireng tegolong petilasan yang angker”.

Kami saling pandang, dan Mas Didi pun melanjutkan ceritanya; “Dulu pernah ada Kesenian Ketoprak yang pentas di sini. Sebagai grup yang cukup punya nama dan ditonton oleh ratusan orang, sudah barang tentu mereka bermain dengan sebaik-baiknya. Tapi apa daya, ketika beberapa dari mereka tersadar, hati pun menjadi ciut. Betapa tidak, mereka bermain di tengah-tengah sawah tanpa penonton sama sekali kecuali kegelapan malam”.

Baca: Belut Putih Penjaga Ghaib Waduk Darma

Kami berempat hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Setelah pamit, kami pun kembali pulang. Hampir sebelas jam, kami tiba kembali di rumah masing-masing di Jakarta. Tak ada kejadian yang berarti. Pada hari kelima, ketika tidur, Arief sempat bermimpi didatangi oleh sosok Kyai Semar. Sambil tersenyum, Kyai Semar berkata sambil memasukkan sesuatu ke bawah bantalnya; “Tetap jadilah manusia Jawa kang Kejawi”.

Ketika tersadar, Arief langsung merogoh ke balik bantalnya. Tangannya terasa menyentuh sesuatu benda yang tipis dan dingin. Ketika diambil, ternyata, benda tersebut merupakan sebilah keris kecil berwujud Semar. Arief hanya bisa termangu. Padahal, tujuannya ke Petilasan Klampis Ireng tidak lebih dari sekadar ingin mengetahui sejarahnya saja, lain tidak.

artikel terkait

Apa komentarmu?

Artikel Terbaru

ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Serangan Umum Empat Hari

Serangan Umum yang dilakukan oleh para pejuang, pelajar, serta mahasiswa di Surakarta dan terjadi pada rentang 7-10 Agustus 1949 merupakan bukti bahwa anak negeri...

Kesangaran Hutan Rancaherang

Hutan Rancaherang yang terletak sekitar lima ratus meter dari ruas jalan raya Cibalong merupakan hutan alami yang dibiarkan terbuka dengan tetumbuhan ilalang yang panjang...

Artikel Terpopuler