asd

Kesangaran Hutan Rancaherang

Hutan Rancaherang yang terletak sekitar lima ratus meter dari ruas jalan raya Cibalong merupakan hutan alami yang dibiarkan terbuka dengan tetumbuhan ilalang yang panjang dan sangat lebat di tepiannya ….
oleh: Yusep Atmaja

 

Neomisteri – Jakarta 1975. Ketika Judi Togel sedang marak di mana-mana, maka, hampir di setiap gang atau di sudut-sudut kampung pasti banyak orang bekerumun untuk membahas nomor keberuntungan yang dianggap tepat dan bakal keluar malam itu.

Pelbagai cara dan rumus serta arti dari kata-kata menjadi santapan sehari-hari. Begitu keluar, komentar pun berhamburan; “Wah … sial. Harusnya taysen bukan malah kebalikannya”.

Ada juga yang berkata; “Ah … kurang satu angka. Siaaaal …!”

Baca juga: Kutukan Lukisan Berhantu

Rasa penasaran yang membuncah di hati mereka yang ingin mendapatkan rezeki nomplok, membuat satu sama lain merahasiakan apa yang tengah dilakukan untuk mendapatkan nomor yang benar-benar jitu. Tak heran, ada yang kerjanya hanya melamun sambil mencoba mereka-reka arti kalimat, tak jarang ada yang dengan serius memperhatikan perilaku binatang — dan yang paling menarik adalah mereka yang dengan tanpa ragu bertanya pada mereka yang terkena gangguan kejiwaan alias orang gila.

Ternyata tak cukup sampai di situ, ada sebagian orang yang punya nyali malahan mencari nomor jitu di tempat-tempat angker; mulai dari makam keramat, kuburan tua, pohon besar, berendam di sungai bahkan masuk ke dalam hutan. Tujuannya satu, ingin mendapatkan nomor yang benar-benar jitu sekaligus memenangkan uang hadiah yang lumayan besar. Sudah barang tentu, kisah-kisah seram pun biasanya pernah dialami oleh para pelakunya sebagaimana pengalaman Aa Mahmud yang pemberani sekaligus menguasai banyak amalan dan tinggal di depan lapangan badminton.

Baca juga: Siluman Patung Kera

Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, antara lain apel jin daun sebelas, minyak wangi asli Maroko dan madat turki dengan sembilan tengkorak, sementara, bunga, arang dan lain-lain rencananya akan mereka beli di pasar tradisional di daerah Cibalong, Garut, mereka pun menuju ke Hutan Rancaherang .

Sore menjelang malam, Aa Mahmud, Kang Wawan dan Kang Ison setelah memarkirkan motornya di tempat yang dirasa aman di antara rerimbunan ilalang, dengan mantap mereka melangkahkan kaki membelah lebatnya Hutan Rancaherang. Tujuan mereka satu, ke Pohon Kiara yang berdiri angkuh dengan batang dan rantingnya yang perkasa. Pohon yang sudah berusia ratusan tahun itu seolah menanungi beberapa pusara kuno yang ada di bawahnya.

Ada yang mengatakan makam-makam tersebut berisi jasad para mandor yang bertugas sebagai pengurus perkebunan — maklum, mulanya, Rancaherang adalah merupakan perkebunan yang luas dan subur. Menurut tutur yang berkembang dan diyakini masyarakat, pada zamannya, di bawah Pohon Kiara inilah para mandor membayarkan upah kepada para kuli atau buruh yang bekerja di perkebunan tersebut dan di tempat ini pulalah mereka dimakamkan.

Pendapat tersebut berbeda dengan Aa Mahmud. Ia meyakini, tidak hanya makam-makam tua di pangkal Pohon Kiara terdapat sebuah batu hitam yang menonjol sebagai tanda dari makam Uyut Sarpin — ciri lainnya adalah, di sekitar batu hitam tersebut tidak ada kotoran mapun dedaunan yang jatuh barang selembar pun. Bersih …!

Baca juga: Diganggu Hantu Menyeramkan di Basement

Sesampainya di tempat itu, selain menggelar tikar, pisang raja, pisang emas, minuman berupa kopi pahit, kopi manis, teh pahit teh manis, air putih, susu dan kelapa muda serta kembang dan sirih lengkap disusun dengan apik — tak ketinggalan rokok Minakjinggo lama, dan lisong, sementara, lampu badai yang mereka bawa juga sudah menyala. Tampak Aa Mahmud sudah duduk dengan takzim. Tangannya pun dengan cepat menyalakan korek dan membakar beberapa batang hio wangi dan menyelipkannya dengan hati-hati di antara buah pisang raja.

Kesangaran Hutan Rancaherang

Ledakan Keras

Bau harum pun mulai tercium. Sesaat, Hutan Rancaherang yang semula ramai dengan suara binatang malam mendadak sepi. Angin pun seolah tak lagi bertiup.

Dalam keadaan seperti itu, Kang Wawan dan Kang Ison hanya menunduk dan sesekali mencuri pandang ke arah Aa Mahmud. Mereka harap-harap cemas. Takut jika Aa Mahmud tidak tahan uji dan gagal. Maklum, mereka turut andil dalam membeli pelbagai keperluannya. Di tengah mereka berdoa dengan harapan membantu Aa Mahmud, tiba-tiba terdengar ledakan keras dari jirat Uyut Sarpin — pendaran warna biru itu berbentuk angka 6119 yang sangat jelas.

Baca juga: Tulah Azimat Celeng Belek

Aa Mahmud pun menyudahi meditasinya dengan memberi isyarat kepada Kang Wawan dan Kang Ison untuk membawa lampu badai dan langsung ke rerimbunan alang-alang tempat tadi mereka menaruh motornya. Saat berjalan Aa Mahmud berkata; “Kita hanya dikasih nomor untuk sekali pasang. Sudah itu suruh berhenti. Enggak boleh berjudi lagi”.

“Waduh”, sahut Kang Wawan dan Kang Ison hampir bersamaan, maklum, keduanya lebih sering kalah ketimbang menangnya.

“Ah … begitu sampai rumah kita langsung gadai motor saja. Uangnya langsung buat pasang”, kata Kang Ison.

“Tepat …”, sahut Aa Mahmud dan Kang Iwan.

Singkat kata, sesampainya di Jakarta, diam-diam mereka bertiga menggadaikan motor dan beberapa perhiasan milik istri masing-masing untuk memasang Togel. Sengaja mereka lakukan diam-diam dengan harapan agar tidak ada yang mendompleng. Setelah memasang dan pulang ke rumah masing-masing, mereka tetap diam. Hati mereka berdebar keras menanti kabar gembira yang bakal diterima ….

Waktu berjalan terasa lambat. Pukul 00.00 lewat motor dengan kencang sambil berteriak; “Enam satu satu sembilan!”

Baca juga: Karma Ilmu Pelet

Mendengar itu, Aa Mahmud, Kang Wawan dan Kang Ison yang sengaja menunggu info nomor keluar di perempatan jalan dan saling berpeluk erat. Lepas itu mereka pun pulang ke rumah masing-masing dengan wajah sumringah. Paginya, mereka bertiga ke rumah sang bandar untuk mengambil uang.

Beberapa hari kemudian, Aa Mahmud, Kang Wawan dan Kang Ison memperbaiki rumahnya yang sudah tidak layak huni serta mengganti motor mereka dengan keluaran yang terbaru serta membuka tabungan atas nama anak mereka masing-masing. Hidup mereka benar-benar berubah. Para Tetangga hanya bisa tersenyum kecut karena mereka tidak mendapatkan bocoran nomor jitu dari Aa Mahmud, Kang Wawan atau Kang Ison.

artikel terkait

Apa komentarmu?

Artikel Terbaru

ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Mengenal Kitab Serat Chentini

Kitab Serat Chentini mengandung banyak nilai budaya dan kearifan lokal Jawa. Di dalamnya, kita dapat menemukan ajaran tentang cinta, kesetiaan, kerendahan hati, serta nasihat...

Serangan Umum Empat Hari

Serangan Umum yang dilakukan oleh para pejuang, pelajar, serta mahasiswa di Surakarta dan terjadi pada rentang 7-10 Agustus 1949 merupakan bukti bahwa anak negeri...

Sintren

Keampuhan Ilmu Tua

Artikel Terpopuler