asd

Misteri Nenek Tua Menyeramkan di Aula SMA

Nenek itu memakai kebaya, badannya sangat kurus dan bungkuk. Bibir dan matanya menghitam keluar darah. Saya hanya bisa diam melihat nenek itu melambaikan tangan. Saat saya berkedip, nenek itu sudah tidak ada. Kebetulan saat itu sudah hampir maghrib dan gelap.

 

Neomisteri – Cerita ini dipersembahkan untuk orang-orang yang percaya kalo ada makhluk lain yang tinggal di sekitar kita selain manusia. First of all, saya bukan indigo or something like that. Apalagi yang sampe lihat makhluk di setiap sudut. Intinya cuma bisa lihat dalam keadaan tertentu.

Kata kakak saya, waktu kecil saya sering bicara sendiri. Dan selalu nunjuk ke luar pintu dan bilang “ada setan di sana”. Tapi entah, mungkin saya masih sangat kecil dan tidak ingat sama sekali. Tapi, waktu SD saya sempat ketindihan dan itu kali pertama. Rasanya kayak mau mati.

Setelah kejadian itu saya tidak pernah dapat gangguan atau melihat penampakan yang tidak jelas lagi. Tapi saat duduk di bangku SMP, saya cukup peka menyadari keberadaannya tapi tidak mampu melihat. Dan entah bagaimana sampai saya bisa melihat bayangan yang lalu lalang.

Ketika datang ke suatu tempat yang asing, terkadang mata saya langsung tertuju ke sudut tertentu. Awalnya hanya merasa merinding, dan akhirnya bayangan berwarna putih melayang di sudut itu. Kejadian waktu SMP belum terlalu menyeramkan bagi saya karena belum tampak bentuk yang mengerikan.

Pernah suatu ketika saya mengikuti try out di SMA unggulan dengan harapan sebagai langkah awal karena sekolah itu merupakan impian saya sejak SMP. Tapi malah hancur seketika karena penampakan itu.

Pertama kali masuk di sekolah itu hawanya terasa aneh. Leher saya dingin dan tubuh saya berasa panas. Tapi saya cuek saja karena kupikir itu hal yang biasa. Saya try out di aula. Di pertengahan mengerjakan soal, saya merasa aneh. Seperti ada yang mengintai dari luar.

Lama kelamaan saya mulai risih dan izin keluar sebentar. Saat berada di luar, eh saya melihat ada tangan yang agak sedikit ‘kotor’ penuh darah terbang di depan aula. Saya kaget dan masuk kembali ke dalam aula.

Dengan perasaan yang risih saya tetap mengerjakan soal. Dan masih merasa ada yang mengintai dari pintu aula. Menjelang sore hari, semua peserta masih sibuk dengan pembahasan soal. Saya sudah lelah karena punggungku mulai terasa berat.

Dan saya penasaran dengan makhluk yang sedari tadi memperhatikan di pintu aula. Di situ saya memberanikan diri untuk melihat ke arah pintu aula. Awalnya tidak ada sesiapa. Tapi beberapa detik berselang, muncul kepala seorang nenek, rambutnya tidak terlalu panjang tapi acak-acakan.

Nenek itu memakai kebaya, badannya sangat kurus dan bungkuk. Bibir dan matanya menghitam keluar darah. Saya hanya bisa diam melihat nenek itu melambaikan tangan. Saat saya berkedip, nenek itu sudah tiada. Kebetulan saat itu sudah hampir maghrib dan gelap.

Sejak saat itu, saya memutuskan untuk tidak mendaftar di sekolah itu. Saya tidak ingin belajar dengan gangguan seperti itu. Terlalu berat.

Setelah kejadian itu, saya memilih untuk mendaftar di sekolah lain yang nyatanya tidak kalah seram dengan sekolah sebelumnya. Awalnya tidak terasa apa-apa. Bahkan hawanya biasa saja.

Dan kali pertama saya bertemu dengan “mereka” pada malam capas 17 agustus tahun 2016. Semua peserta yang terlibat, tidur di dalam kelas yang gelap dan penerangan hanya ada di luar kelas. Kalo tidak salah, sekitar pukul 01:00 WIB kita disuruh rehat karena ada kegiatan pada subuh hari.

Dan akhirnya saya membaringkan tubuh ke arah jendela kelas. Awalnya seperti ada yang menggantung, tapi saya pikir hanya batang pohon atau semacamnya. Saya pun tertidur setelah memandang keluar jendela.

Entah kenapa saya terbangun tanpa alasan, sekitar pukul 02.00 WIB. Seperti ada yang menatap dari arah jendela tadi. Saya pun kembali memandang jendela itu dan di situ terlihat jelas bahwa yang menggantung bukanlah ranting pohon. Melainkan kaki seorang perempuan.

Kakinya sangat pucat dengan kuku kaki yang hancur. Saya tidak tahu seperti apa wajahnya. Karena saya hanya melihat dari lutut sampai ke ujung kakinya yang tergelantung dan bergerak seperti di tiup angin. Yang jelas ada luka di sekitar betis perempuan itu.

Penampakan itu membuat saya terjaga sampai subuh tiba. Dan saat saya melihat ke arah jendela lagi, kaki itu sudah tidak tampak. Setidaknya saya masih beruntung tidak melihat sosok perempuan itu.

Akibat kejadian itu, saya lebih sering diperlihatkan dengan “mereka” ketika saya menginap di sekolah. Bahkan di sore hari pun terkadang “mereka” menampakkan diri dengan wujud yang lebih seram.

 

 

 

 

——————-

sumber: @sekarrswd

artikel terkait

Apa komentarmu?

Artikel Terbaru

ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Pelet Wanita Kampung Laut

Sontak ibu itu keheranan dengan cerita mereka berdua. "Haah.. Di ujung pasar? Ujung pasar ini hanya hut..." Belum sempat ibu tersebut menuntaskan perkataan, mualim...

Dikuntit Banaspati

Bagi para pengendara kendaraan bermotor khususnya bus atau truk jalur Solo-Ngawi, sampai sekarang, Hutan Mantingan, masih dianggap sebagai salah satu ruas jalan yang tergolong...

Artikel Terpopuler