Bagi yang amanah, maka, lewat khasiatnya ia bakal dikagumi dan mampu menjadikan lawan jenis yang dekat bahkan baru melihatnya jadi tergila-gila dan begitu mengharapkan balasan cinta darinya ….
oleh: Bramantyo Kusumo
Neomisteri – Peristiwa ini terjadi sekitar 2015-an. Bayu (23 tahun) yang mukim di bilangan Purwokerto dan merupakan salah satu mahasiswa pecinta alam kali ini menceritakan pengalaman mistiknya kepada neomisteri. Menurutnya, ia tak pernah menyangka jika batu cincin yang didapat secara tak sengaja di semak-semak di lereng Gunung Selamet ternyata merupakan salah satu batu yang memiliki tuah menarik lawan jenis.
Maklum, ia mendapatkan batu itu tergeletak di semak-semak ketika sedang mendaki Gunung Selamet lewat jalur Bambangan — tepatnya ketika menapakkan kaki dari Pos 2 (Pondok Walang-red) menuju ke pos selanjutnya. Jalan yang kian mendaki, licin dan banyak ditumbuhi pohon dengan dedaunan yang lebat serta gerumbul semak yang subur, membuat suasana terasa begitu tenang bahkan boleh dibilang menyeramkan. Apalagi jika berjalan beriringan dengan jarak yang lumayan jauh di sore hari.
Di salah satu gerumbul di sebelah kanan jalan setapak yang akan ia lalui, matanya melihat kerlip cahaya menyilaukan. Dengan penuh kehati-hatian, Bayu mendekati. Ternyata sebuah cincin dengan batu berwarna putih. Sesaat Bayu memperhatikan dan coba mengingat-ngat siapa gerangan pemiliknya. Karena tak jua menemukan jawaban, akhirnya, ia memutuskan untuk memakai di jari manis tangan kanannya dan melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di Puncak Surono, Bayu tak jemu-jemunya memandang keindahan alam bersamaan dengan tenggelamnya mentari — sementara, hatinya terus saja memuji kebesaran dan keagungan Sang Maha Pencipta. Ia baru tersadar ketika Mas Toro, salah seorang seniornya menegurnya; “Selamat datang …?!”
“Oh … Mas Toro. Apa kabar, lama saya enggak ketemu”, jawab Bayu sambil menjabat erat tangan Mas Toro.
Sekali ini Mas Toro dengan cepat melepaskan genggaman Bayu. Ia memerhatikan dengan saksama, terutama tangan kanan Bayu. Tak lama kemudian terdengar gumamnya; “Wow …, ternyata, ini dia pewaris mustika biduri embun …”.
Bayu terdiam tak mengerti. Akhirnya, Mas Toro yang memang dikenal sebagai salah seorang senior yang menguasai ilmu suprantural langsung mengatakan pelbagai kelebihan seputar mustika biduri embun. Bayu hanya mengangguk seolah merenungi apa yang dikatakan oleh Mas Toro. Pastinya, ia tak pernah menyangka mendapatkan karunia yang seperti itu — dan berjanji kelak akan merawat dengan sebaik-baiknya.
Singkat kata, dalam waktu seminggu, Bayu yang sudah sejak lama diam-diam jatuh cinta pada Nina, bunga fakultas sastra, kini keduanya selalu tampak bersama — padahal, selama ini, Bayu hanya dapat memendam cintanya dalam relung hati yang paling dalam. Maklum, Nina bak bunga yang sedang mekar dan selalu dikelilingi begitu banyak kumbang jantan. Tak hanya di kampus, di rumah bahkan di lingkungan keluarganya yang tergolong sangat terpandang karena berdarah biru serta bergelimang harta ia selalu menjadi buah bibir.
Tak ada yang dapat dilakukan Bayu selain sujud syukur atas karunia-Nya yang tak terhingga. Ketika pada suatu hari ia mengungkapkan isi hatinya kepada Mas Toro, sambil membenarkan letak rambutrnya yang panjang lelaki itupun menjawab; “Sangat betul … itu semua karena Allah dan mustika biduri embun yang kamu temukan hanyalah sekadar perantara semata. Lain tidak. Walau begitu, simpan yang baik dan jangan tinggalkan salat lima waktu serta terus meminta pertolongan hanya kepada-Nya”.
Bayu pun mengangguk tanda mengerti, sambil menatap kagum lembayung senja yang mulai merata di langit sebelah barat Puncak Surono.
“Allahu Akbar …!”