Di antara keindahan berupa hamparan tetumbuhan pohon karet dan bangunan kuno yang berdiri kokoh bahkan masih berfungsi, ternyata, tersimpan misteri yang sampai sekarang belum terkuak ….
oleh: S’djie.
Neomisteri – Liburan kali ini sejatinya hanya sekadar melepaskan kepenatan dan kejenuhan akibat pandemi Covid 19 yang berkepanjangan. Oleh sebab itu, karena waktunya demikian singkat, maka, neomisteri lebih memilih untuk liburan ke Semarang. Tujuannya, selain berziarah ke makam leluhur sekaligus mencari berita yang berkaitan dengan misteri.
Malamnya, bersama-sama dengan keluarga, neomisteri sengaja mengarahkan kendaraan ke Banyumanik, tepatnya di Jalan Grafika Barat IV — Kebon Duren — untuk menikmati ragam rasa durian.
Baca: Hantu Pelayan Wanita Malang di Kastil Himeji
Di sana, di tengah-tengak keasyikan menikmati durian lokal, neomisteri berhasil mengorek keterangan dari salah seorang pekerja di tempat itu. Menurutnya, tempat-tempat yamg tergolong angker dan layak untuk neomisteri kunjungi adalah pabrik karet peninggalan Belanda yang belakangan menjadi milik dan dikelola oleh PT. Karya Deka Alam Lestari, yanag terletak di Jatisari, Kecamatan Mijen, Semarang.
Mendengar itu, para keluarga pun saling tatap. Wajah Mbak Yudi, kakak perempuan tampak kurang berkenan; “Hati-hati … jangan sembrono. Kenapa enggak cari berita yang lain saja”, katanya dengan nada khawatir.
“Tenang Mbak, aku dikawal dan dibantu Wahyu. Jadi, aku tinggal nulis saja”, jawabku meyakinkan.
Baca: Susuk Warisan
Mendengar itu, Mbak Yudi dan keluarga yang lain tampak sedikit tenang. Maklum, mereka tahu, Wahyu terlahir dari keluarga yang memang menggeluti dunia spiritualis. Tak heran, walau tidak membuka praktik pengobatan, kadang, ada satu atau dua orang datang ke rumah Wahyu untuk berbagai keperluan.
Melihat itu, aku langsung mengangkat telepon menghubungi Wahyu. Dari seberang sana, Wahyu menyambut dengan riang. Bahkan, dengan antusias ia akan mengantarkan aku ke tampat yang dimaksud. Kami sepakat, besok kita berangkat sekitar pukul 16.30 dengan harapan, menjelang Magrib sudah berada di sekitar lokasi.
Esoknya, setelah meminta izin dari keluarga, aku menjemput Wahyu dan Agung, salah seorang kerabatnya berangkat ke Mijen, Semarang ….
Penampakan Sosok Berambut Panjang
Singkat kata, setibanya di sana, kami masih sempat menikmati cahaya mentari yang mulai tenggelam ke ufuk barat dari Kopi Kebun, kedai kopi yang sengaja dibangun untuk para pengunjung. Perasaan pun sontak mengharu-biru. Betapa tidak, tak perlu ke manca negara, ternyata, di Semarang ada satu destinasi yang sangat layak untuk dikunjungi.
Setelah menunaikan Salat Magrib, neomisteri, Wahyu dan Agung langung saja menjauh dari Kopi Kebun. Tujuannya tak lain, satu bangunan kuno yang sampai sekarang masih digunakan sebagai pabrik. Tepatnya, tempat mengolah karet hingga produk jadi.
Baca: Hantu Rumah Mertua
Tak jauh dari sudut bangunan, di antara rerimbunan pepohonan kami pun mengehentikan langkah. Wahyu memberikan kode agar kami semua diam. Tak lama kemudian, tampak jarinya menunjuk ke arah sebatang pohon yang tampak lebih besar dan rimbun di antara yang lainnya. Samar tampak bayangan mirip dengan wujud manusia dengan rambut panjang terurai yang berdiri membelakangi kami ….
Seketika, udara sekitar pun berubah menjadi dingin menusuk tulang. Aku langsung saja memasukkan tangan ke jaket, begitu juga Agung. Gigi kami pun gemeletuk saling beradu akibat ketakutan dan badan yang menggigil …
Sayangnya, Wahyu tak berhasil mengajak bayangan tersebut berkomunikasi. Sesaat kemudian ia bahkan mengajak kami untuk segera kembali dengan memberikan kode agar neomisteri dan Agung mengikutinya. Kami bertiga berjalan menuju ke tempat parkir. Di mobil, Wahyu mengatakan; “Mereka tidak mau berkomunikasi”.
“Sangat tertutup. Tampaknya, mereka sudah ada di sana jauh sebelum tempat itu dibuat perkebunan dan pabrik oleh Belanda”, sambung Wahyu.
“Ooh”, hanya itu yang keluar dari mulut neomisteri dan Agung.
Neomisteri jadi makin penasaran, maklum, baru kali ini Wahyu terkesan demikian tertutup. Sepanjang jalan pulang, ia bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk diam sambil terus merokok.