60 kilometer sebelah selatan Malang, setelah melewati jalan mulus dan melewati tanjakan serta kelokan yang cukup tajam, maka, kita akan sampai yang menurut banyak orang sebagai miniatur Tanah Lot dari Pulau Dewata ….
oleh: Kusumadewa
Neomisteri – Kisah perjalanan Tatok kali ini terjadi sekitar 2019, atau setahun sebelum terjadinya pandemi. Kali ini mereka berangkat full team — artinya, Tatok, Arif, Ade, Eka, Holand, Yosef, Udin dan Amri semua berhasil mengambil cuti tahunan dari kantornya masing-masing.
Hari yang mereka tentukan adalah sepuluh hari setelah Hari Raya Ied, dengan tujuan, Pantai Balaikambang, Malang, yang menurut banyak orang adalah miniatur dari Tanah Lot Bali.
Baca: Pelet Darah Perawan
Sekali ini, mereka sengaja memilih waktu senja. Alasannya, sebagaimana pantai-pantai lainnya, mereka berharap bisa menyaksikan ulah banyak pasangan muda memadu janji di pantai itu. “Buat macu adrenalin”, demikian kata Tatok sambil tersenyum penuh arti.
Semua sahabatnya hanya bisa garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Mereka mafhum akan keusilan Tatok. Oleh sebab itu, hampir semua yang mengenalnya memberikan julukan komentator. Maklum, hampir semua yang dilihat, pasti mendapatkan komentar miring darinya.
Kali ini mereka kecele. Betapa tidak, walau mata sudah menyapu kesemua sudut pantai, bahkan,ketika mendekati Pantai Balekambang — setelah melewati jembatan, Tatok dan kawan-kawan menginjakkan kakinya di Pulau Ismoyo, bagian dari pulau-pulau kecil yang menjorok ke lautan dan dihubungkan dengan sebuah jembatan ke daratan — di antaranya adalah Pulau Wisanggeni dan Pulau Anoman.
Baca: Misteri Nenek Tua Menyeramkan di Aula SMA
Di Pulau Ismoyo, terdapat sebuah bangunan peribadatan bagi umat Hindu, Pura Amarta Jati yang selalu ramai pada saat sebelum Nyepi atau pada saat Malam 1 Hijriah atau Malam 1 Suro. Tatok merasakan getaran yang teramat kuat dari sebelah barat Pura Ismoyo Jati, di sana terdapat sumur tujuh yang disungkupi aura teramat kuat.
Oleh karena itu, hanya yang berhati bersih dan benar-benar beruntung yang dapat mencapai tempat yang satu ini. “Penjaga gaib sumur tujuh luar biasa kuat. Sungguh sulit untuk diterobos kecuali hanya mereka yang beruntung dan berhati bersih”, demikian desis Tatok.
“Pantas, untuk mencegah hal-hal yang diinginkan, maka, pantai ini terlarang bagi muda-mudi yang pacaran. Tapi, tidak bagi yang sudah menikah”, sambungnya lagi.
Ade, Eka dan Holand ketika itu memperhatikan banyak pengunjung yang membasuh muka dan bahkan ada yang berendam di Pantai Balekambang. Ketika Ade menanyakan hal itu, dengan cepat Tatok menjawab; “Air Pantai Blekambang terkena karomah Syekh Abdul Jalil, salah satu bangsawan dan ulama dari Keraton Yogyakarta yang ditugaskan untuk membuka hutan di daerah ini”.
“Oleh sebab itu, air Pantai Balekambang diyakini dapat membuat orang awet muda dan disayang”, tambahnya lagi.
“Ayo … sekarang kita ke makam beliau”, ajaknya kepada yang lain sambil berjalan.
Karena berjalan santai, sekitar 20 menit, kami tiba di sebuah cungkup yang merupakan makam Syekh Abdul Jalil. Setelah mendapatkan tempat yang tepat dan memberikan isyarat kepada yang Syekh Abdul Jalil. Setelah mendapatkan tempat yang dianggapnya pas dan agar yang lain tidak mengganggunya, Tatok pun langsung duduk dengan tenang.
Ia menutup cipta, rasa, dan karsanya serta tenggelam dalam keheningan. Entah berapa waktu berlalu, yang pasti, Tatok merasa didatangi seekor harimau hitam besar yang menatapnya dengan pandangan tajam yang mengaku sebagai salah satu penjaga makam Syekh Abdul Jalil.
Dialog batin di antara keduanya pun berlangsung — sang penjaga makam Syekh Abdul Jalil hanya menyampaikan pesan bahwa kunjungan mereka diterima, selalu ingat Allah dengan meninggalkan segala larangannya, dan hati-hati ketika pulang karena di salah satu tikungan yang tajam terdapat penunggu gaib yang usil dan sering meminta korban jiwa. Makanya, daerah tersebut dikenal dengan sebutan jurang mayit.
Baca: Keangkeran Ilmu Batara Karang
Oleh sebab itu, sebelum berangkat, seyogianya, mereka membaca Al Ikhlas sebanyak tujuh belas kali agar terhindar dari mara bahaya. Setelah uluk salam, harimau hitam itu pun pudar dan hilang bersamaan tiupan angin yang berhembus. Tatok langsung tersadar, tak lama kemudian, ia pun mengajak kami semua untuk kembali ke penginapan.