asd

Pesugihan Tikar Mayat

Tiap malam Jumat Kliwon, Dodo selalu pamit kepada keluarganya untuk ziarah sekaligus tidur di makam sahabatnya, Yunan ….
oleh: Tim Redaksi

 

Neomisteri Pemakaman berjalan khidmat. Selain karyawan, relasi dan sahabat, warga sekitar kampung juga turut melepaskan Yunan ke peristirahatannya yang terakhir di hari Jumat Kliwon seusai mereka mendirikan salat Jumat berjamaah. Maklum, walau telah sukses, Yunan tak pernah lupa akan kampung halaman tempat ia lahir dan dibesarkan.

Dari sekian banyak orang, hanya Dodo salah satu sahabat Yunan yang lebih banyak berdiam diri. Ia tampak begitu terpukul, namun anehnya, sebentar-sebentar ia selalu membersihkan tikar bekas pembungkus jenazah yang sekarang agak kotor dan dipakai sebagai alas Ustadz Ali duduk saat membacakan doa. Begitu usai, Dodo dengan sigap melipat dan mengempit tikar tersebut serta mendekapnya erat-erat.

Perbuatannya hanya diperhatikan oleh Ki Bustam, tukang gali sekaligus penjaga makam di kampung itu. Ya … impiannya menjadi orang kaya bakal segera terkabul lewat Dodo lelaki yang baru saja diceraikan oleh istrinya karena kemiskinan.

Sebulan kemudian, bersamaan dengan malam Jumat Kliwon dan meninggalnya Yunan, Dodo datang ke pemakaman menemui Ki Bustam yang sejak tadi menunggu di gubuknya yang teretak di bagian belakang makam di bawah pohon Pulai tua. Melihat Dodo menghampiri, dengan cepat Ki Bustam berdiri dan menyambutnya; “Oh … kirain enggak berani dateng”.

“Harus berani Ki. Udah males jadi orang susah”, katanya sambil mencium tangan Ki Bustam.

“Sama … aku juga baru sekali ini berani ngebongkar rahasia ilmu tua Bapak Guru,” kata Ki Bustam yang mengajak Dodo duduk di balai-balai sambil membuka kotak kusam yang di dalamnya terdapat sesuatu yang dibungkus kain putih lusuh.

“Ah … ternyata masih lengkap”, kata Ki Bustam dengan wajah berbinar sambil menunjuk ke sesuatu dan menerangkan kegunaannya.

Dodo menggelar tikar dan berbaring di samping makam Yunan sedang Ki Bustam sibuk menyelimuti tubuhnya dengan kain putih usang dan menyiram minyak wangi yang baunya menyengat. Di pucuk pohon, terdengar suara burung hantu Tak lama kemudian, ia pun membakar kemenyan hitam yang baunya menyengat sambil
mendendangkan kidung yang tak jelas artinya ….

Ilustrasi asap

Dodo merasakan kantuk dan langsung tertidur … ia hanya bermimpi berjalan bersama Yunan sahabatnya yang telah meninggal masuk ke dalam toko emas dan bank. Ia memerintahkan Yunan untuk mengambil berbagai perhiasan dan uang sebanyak-banyaknya.

Paginya, Dodo terbangun karena kedinginan smbil berteriak kegirangan. Ki Bustam segera mendekat sambil meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya. Dodo menunjukkan tumpukan uang dan perhiasan di sekitar tempatnya duduk. Keduanya langsung sibuk membagi dan memasukkan uang dan perhiasan tersebut ke dalam tas yang memang sudah dipersiapkan. Setelah itu Dodo melipat kembali tikar yang tadi dipakai untuk alas tidur dan mengempitnya sambil pamit pulang.

Sejak itu, kehidupan Dodo pun sontak berubah. Ia membeli bahkan membangun rumah mewah lengkap dengan isi dan 2 mobil. Bisik-bisik tetangga sontak ditepis oleh Dodo, ia hanya bilang; “Aku berhasil menjual lahan yang untuk dipakai sebagai perkebunan”.

Mereka terdiam, maklum, di kecamatan sebelah memang ada pembebasan lahan untuk dipakai sebagai perkebunan.

Dalam beberapa bulan Dodo mulai hidup dalam gelimang harta dan kemewahan. Tak tanggung-tanggung, ia pun menikahi 2 bunga desa dalam waktu yang bersamaan, Dodo bak raja kecil di kampungnya. Sementara, tanpa izin, Ki Bustam pun menghilang bak ditelan bumi. Tak ada seorang pun yang tahu di mana dia berada.

Menginjak tahun ketiga. Rumah Dodo ramai didatangi tamu untuk memberikan selamat atas kelahiran putra sulungnya dari istri yang kedua. Alih-alih menggelar pengajian. Ia bahkan mengundang organ tunggal — tak hanya makanan dan minuman yang terus mengalir, sang biduan pun menyanyi secara bergantian tanpa henti. Menjelang pukul 22.00 Dodo yang sudah terlalu banyak minum terjatuh dan kepalanya membentur meja. Darah pun mengucur tanpa henti. Semua panik …!

Dodo pun dilarikan ke rumah sakit terdekat. Ia bisa tertolong, tapi, sejak itu, kelakuan Dodo berubah. Tiap hari, kerjanya hanya berteriak-teriak sambil menunjuk-nunjuk; “Ampun … ampun … aku salah dan berdosa!”

Dokter menyarankan agar Dodo dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Semua harta miliknya ludes terjual, tapi, Dodo tak juga sembuh. Ya … Dodo menikmati hasil dari perbuatannya.

artikel terkait

Apa komentarmu?

Artikel Terbaru

ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Kekeramatan Gong Kiai Pradah

Karena tersesat di tengah-tengah lebatnya hutan, ia pun memukul gong yang selalu dibawanya sebanyak tujuh kali ... alih-alih manusia, yang datang ternyata segerombolan harimau...

Kerajaan Gaib di Waduk Bunder

Gumuk, atau daratan kecil yang berdekatan dengan bibir waduk ternyata menyimpan aura mistik yang demikian pekat, wajar, karena sejak dulu tempat itu dianggap sakral...

Rumah Dinas Bapak

Artikel Terpopuler