Sungai yang tiap tahun selalu membawa air kiriman dari Bogor sehingga membuat Jakarta banjir, ternyata, juga disungkupi oleh nuansa mistik yang demikian kental salah satunya adalah penunggu gaib Jembatan Sempur, Bogor ….
oleh: Syamsudin
Neomisteri – Bagi warga masyarakat yang tinggal di Bogor, cerita mistik tentang kota hujan seolah tak pernah habis untuk digali. Hal itu sebenarnya sangat wajar, mengingat, sejak zaman dahulu, Bogor dikenal di kalangan spiritual sebagai kota tertua di dunia, misteri kebun raya — bahkan istana kepresidenan yang diyakini berdiri di atas salah satu istana gaib Raja Besar Pajajaran, Prabu Siliwangi.
Kali ini, neomisteri mencoba menelusuri salah satu titik keangkeran Sungai Ciliwung yang berada di Kota Hujan, Bogor. Dari hasil bincang-bincang dengan Aa’ Restu (32 tahun) salah satu pengemudi Angkot Trayek 03 yakni arah Kebun Raya, Bogor Tengah dan Kota Bogor. Menurutnya, sambil menunjuk ke arah Taman Sempur, tempat itu dihuni oleh makhluk astral berpostur tinggi besar, hitam, dengan badan dipenuhi bulu.
Sebagai sosok yang lahir dibesarkan di dekat tempat itu, wajar, jika Aa’ Restu cukup banyak mengetahui berbagai tempat angker di seputaran Sempur. Salah satunya adalah lorong dari jembatan yang mulanya digunakan sebagai sarana mengontrol ketinggian air Sungai Ciliwung — karena merupakan bangunan tua dan tanpa penerangan, tak pelak, kesan angker pun menyeruak dari lorong penghubung antara trotoar pedestrian Kebun Raya Bogor dengan Lapangan Sempur.
Baca: Keusilan Makhluk Ghaib di Jembatan Ciharendong
Sebelum diberi penerangan, dari lorong ini, khususnya pada malam-malam tertentu acap terdengar suara suara gamelan atau karinding (musik khas Sunda-red). Neomisteri dapat membayangkan keadaan tempat itu pada masa lalu, gelap, lembab, dan kumuh — pantas jika makhluk astral menjadikan lorong tersebut sebagai tempat mereka berkumpul bahkan tempat tinggalnya.
Tanpa sepengetahuan Aa’ Restu, neomisteri mencoba melakukan kontemplasi dengan penunggu gaib Taman Sempur maupun Lorong Sempur di tengah-tengah rinainya hujan di malam Sabtu, sementara Angkot berjalan perlahan sambil berusaha mencari penumpang. Cukup lama neomisteri menanti hingga akhirnya, bersamaan dengan angin yang lumayan keras terdengar suara menggelegar; “Sampurasun”.
“Rampes”, jawab neomisteri cepat.
Kepada neomisteri, sosok yang mengaku bahwa dirinya hanya merupakan salah satu penjaga Bogor, khususnya sekitar istana negara mengaku; “Tugas Urang cuma menjaga Bogor, karena di tempat ini banyak tapakan para sepuh. Khususnya Prabu Siliwangi, Paduka dan Eyang Langlang Buana”.
“Sayangnya, banyak sejarah Bogor yang sengaja dihilangkan … atau sengaja disembunyikan untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Semua bangsa di dunia segan kalau Nusantara bangkit dan bakal menjadi mercu suar dunia karena kesantunannya”, tambahnya dengan nada sedikit geram.
Baca: Pelet Darah Perawan
“Nah … sekarang saatnya sudah hampir sampai dan sedang menginjak tahun saringan. Budak angon bakal jadi pemimpin”, lanjutnya.
“Tahun saringan?” Potong neomisteri.
“Ya … berapa banyak korban yang jatuh di dunia dari penyakit yang sekarang sedang hebat-hebatnya menyerang dunia. Oleh sebab itu, sungguh beruntung mereka yang selamat karena berlindung pada Sang Maha Hidup sehingga nantinya bisa menjadi pelaku dan saksi sejarah … sampurasun”, pungkasnya dan menghilang.
Aa’ Restu yang diam-diam memperhatikan neomisteri sontak saja bertanya; “Bapak kok tidur sambil ngomong?”
“Ah … maaf A’. Saya kalo tidur memang suka mengigau. Ngomong sendiri”, jawab neomisteri sekenanya dan langsung membayar sambil turun.
Aa’ Restu hanya bisa geleng-geleng kepala saja ….