Akibat selalu digunakan untuk membuang (melarung-Jw) penyakit non medis berupa teluh, santet dan sejenisnya, maka, wajar jika aliran sungai yang satu ini memiliki aura negatif yang sangat pekat ….
oleh: Erlangga DS
Neomisteri – Seiring dengan turunnya mentari di ufuk barat dan angin mulai terasa menusuk tulang, kutatap lekat ujung Jembatan Sei Ladi, Batam, dengan harapan tak ada kejadian apapun yang terlewatkan di ujung sana.
Aku memang sengaja mendatangi tempat yang satu ini karena terpancing dengan cerita Indra, sahabat di kampus, yang mengatakan bahwa di Batam, begitu banyak tempat-tempat yang disungkupi oleh nuansa mistik. Dan salah satunya adalah Jembatan Sei Ladi atau bisa juga dibaca dengan Jembatan Sungai Ladi — yang terletak di Jalan Gajah Mada — yang bagi masyarakat Batam sudah begitu terkenal keangkerannnya, bahkan, pernah diangkat ke film beberapa tahun yang lalu.
Baca: Keusilan Makhluk Ghaib di Jembatan Ciharendong
Indra sengaja berdiri di belakangku dengan harapan tak ada orang yang bakal bertanya atau mengganggu saat aku berkontemplasi nanti. Aku mengeluarkan sebatang rokok yang sebelumnya sudah kuberi minyak buhur sulaiman emas. Indra yang melihat langsung menyalakan korek dan mengangguk, ia sudah mafhum, beberapa saat lagi aku akan mencoba menjalin kontak dengan penungu gaib yang ada di sekitar Jembatan Sei Ladi.
Tak lama setelah aku menghisap rokok, mendadak, kesiur angin terasa lebih keras dari biasanya. Indra mulai menaikkan kerah jaketnya — mataku menatap tajam ke arah datangnya angin. “Assalamualaikum … ya khodammul gaib”, demikian sapaku lirih ketika melihat gumpalan asap putih keperakan yang perlahan namun pasti mendekati tempatku dan Indra.
“Waalaikumsalam”, terdengar jawaban dari gumpalan asap yang mulai menipis dan mewujud membentuk seorang lelaki bertubuh kurus namun wajahnya memancarkan cahaya yang demikian menyilaukan, “apa maksud cucunda mengganggu ketenanganku?” Sambungnya lagi.
Baca: Pengalaman Seram Naik Bus Setan
Aku langsung mengutarakan maksud dan tujuan datang ke Jembatan Sei Ladi ….
Kakek yang mengaku akrab disapa dengan Engku Ali hanya tersenyum dan mengangguk, tak lama kemudian, ia pun bercerita ….
Sejak zaman dahulu, para bomoh (dukun-red) selalu membuang (melarung) berbagai jenis ke tempat ini. Oleh sebab itu, tempat ini diselimuti dengan aura negatif yang amat pekat, sehingga, jangan kaget, jika berlama-lama berdiri di tempat ini dengan pikiran kosong apalagi punya masalah yang dirasa tak mungkin dapat diselesaikan, maka, keinginan untuk menceburkan diri atau bunuh diri pun langsung saja menguasai hati orang itu.
Pelbagai jenis penyakit dilarung di Sei Ladi, termasuk juga penyakit yang berasal dari kekuatan sihir, teluh atau santet.
Akibatnya sudah dapat kita duga bersama ….
“Kenapa Engku tidak berusaha untuk mencegahnya?” Tanyaku penasaran.
“Sudah, tapi apa daya, kekuatan untuk bunuh diri yang menguasai hatinya begitu kuat”, sahutnya, “mungkin, si pelaku beranggapan, dengan bunuh diri maka masahnya pasti akan selesai … padahal yang selesai adalah masalah dunianya. Ia lupa telah meninggalkan masalah baru bagi keluarga yang ditinggalkannya yang menanggung aib seumur hidup. Lalu, bagaimana dengan masalahnya di akhirat?” Tambahnya balik bertanya dengan nada penuh penyesalan.
Baca: Pelet Darah Perawan
Aku mafhum. Tak berapa lama kemudian, Engku Ali pun kembali melanjutkan; “Akan lebih sempurna pertolongan cucunda jika bersedia mengingatkan pada semuanya agar selalu menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah semata. Oleh karena itu, ingat dan jalankan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya. Apalagi mengambil jalan singkat. Ingatlah akan janji-Nya, di balik cobaan yang hanya diturunkan sebatas kemampuan si penerimanya, pasti ada hikmahnya”.
“Waktu-waktu kosong gunakanlah untuk memperbanyak selawat Nabi, ketimbang untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu”, pungkasnya.
Tubuhku dan Indra sontak menggigil. Aku tak pernah menyangka mendapatkan pesan yang demikian menyentuh dari Engku Ali guru mengaji yang dengan setia selalu menjaga keturunan dan para murid serta keluarganya agar mereka terhindar dari godaan dunia — sementara, bayangan Engku Ali pun mulai memudar — kuiringi kepergiannya dengan lantunan Surat Al Fatihah ….
Setelah sejenak menghisap rokok dan merasakan dinginnya angin laut, aku dan Indra pun langsung mengayunkan langkah berjalan pulang.